MADIUN, KOMPAS.com - Saat berkunjung di Kabupaten Madiun, Presiden RI, Joko Widodo menyempatkan bertemu dengan petani muda porang, Kamis (19/8/2021).
Di depan orang nomor satu di Indonesia itu, para petani muda bercerita tentang suka dukanya menanam porang.
Tak hanya itu, harga porang yang saat itu terus membumbung tinggi menjadikan anak-anak muda di Kabupaten Madiun tak banyak lagi mencari pekerjaan di kota-kota besar.
Anak-anak muda yang tinggal di desa saat ini banyak memilih menjadi petani porang karena memiliki prospek cerah ke depannya.
Baca juga: Jokowi: Porang Makanan Sehat Masa Depan, Bisa Menjadi Pengganti Beras
Salah satu petani muda yang bertemu Presiden Jokowi adalah Yoyok Triyono (32).
Saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/8/2021), petani muda asal Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, menceritakan awal mulanya menanam porang.
Yoyok merupakan generasi ketiga menanam porang di keluarganya.
Sebelumnya kakek dan bapaknya sudah menanam porang di lahan hutan milik negara.
Desa Klangon merupakan sentra cikal bakalnya porang di Kabupaten Madiun.
Sebelum menanam porang, Yoyok sempat mencari pekerjaan di luar kota usai lulus kuliah. Namun, niatnya mencari pekerjaan di kota besar, ternyata gagal.
“Setelah lulus sekolah saya cari kerja di beberapa kota besar. Tetapi, belum rejekinya dan akhirnya balik ke rumah disuruh bertani sama bapak saya,” kata Yoyok.
Awal menanam porang, orangtuanya tidak langsung memberinya lahan yang banyak.
Ia diberikan lahan seluas 0,3 hektare yang masih berupa hamparan hutan.
“Tahun pertama saya menanam saya belum panen raya tetapi sudah menghasilkan katak. Katak itu tidak saya jual dan saya kembangkan untuk ditanam lagi,” kata Yoyok.
Tahun kedua bertani porang, lahan 0,3 hektare milik Yoyok sudah dipenuhi tanaman porang.
Tahun itu ia fokus memupuk dan rajin membersihkan gulma agar hasil panen porang bisa optimal.
Tahun ketiga, tanaman sudah besar. Panen pertama dari 0,3 hektare pada tahun 2012 mendapatkan delapan ton umbi.
Namun dahulu, harga umbi porang per kilogramnya berkisar Rp 2.500 hingga Rp 3.000 saja.
Tak berpuas diri, Yoyok menyisihkan sebagian besar uang hasil panen untuk pengembangan.
Tahun keempat ia menambah lahan setengah hektare dengan menyewa lahan milik perhutani.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.