KOMPAS.com - Sebelum pandemi Covid-19, proses menyusui kerap menghadapi hambatan dan tantangan. Kondisi itu semakin berat di masa pandemi, terutama bagi para ibu menyusui yang terpapar Covid-19.
Mental Ayu Nur Fajrina (27) langsung drop ketika mengetahui hasil tes usapnya positif Covid-19. Pikirannya langsung tertuju pada anaknya yang masih berusia 2,5 bulan.
Dia gamang, bagaimana ia bisa tetap menyusui bayinya yang masih di periode ASI eksklusif — enam bulan pertama kehidupan bayi — selama masa isolasi mandiri (isoman).
Baca juga: Harus Keroyokan Dukung Ibu Sukses Menyusui di Tengah Pandemi
Melalui konsultasi jarak jauh, dokter spesialis paru dan dokter spesialis anak menyarankan agar Ayu tidak menyusui langsung karena risiko penularan yang besar kepada bayinya.
"Sebetulnya ada beberapa dokter yang membolehkan DBF [direct breastfeeding]. Jadi ragu, karena kita nggak tahu, virus [corona] varian baru belum tahu keganasannya seperti apa," kata Ayu kepada wartawan BBC News Indonesia, Sabtu (7/8/2021).
Terpapar virus corona kemudian memaksa Ayu berpisah rumah dengan anaknya. Si bayi, dititipkan kepada ibunya.
Ayu pun harus kehilangan momen menjalin ikatan batin (bonding) yang biasanya terjadi saat menyusui.
Baca juga: Pakar UI: ASI Turunkan Risiko Kanker bagi Ibu Menyusui
Dari kediamannya, Ayu tetap berusaha menyediakan ASI perah di saat tubuhnya mengalami gejala Covid-19 seperti demam, batuk, anosmia, dan lemas.
Produksi ASI-nya pun seret lantaran efek obat antivirus yang diminumnya. Terpaksa, kebutuhan anaknya 'ditambal' dengan susu formula.
"Pas tiga hari [isoman] stok ASI perah habis. Saya hanya bisa menyediakan 500 mililiter per hari, sementara anak saya minum hampir satu liter sehari. Saya minum ASI booster, minum apa saja yang bisa merangsang [produksi] ASI," ungkap Ayu.
Ayu juga melakukan power pumping, yakni memompa ASI selama satu jam penuh dengan jeda sepuluh menit setiap 10-20 menit memompa.
"Setiap malam saya bangun jam 03.00 [pagi] untuk power pumping, subuh bangun untuk power pumping," cerita Ayu.
Sedikit demi sedikit, kata Ayu, perjuangannya membuahkan hasil. Dia berhasil memutus konsumsi susu formula dan kembali memberikan ASI secara penuh.
Setelah tes antigen negatif dan tak bergejala, Ayu baru memberanikan diri menyusui secara langsung.
Baca juga: Menteri PPPA Imbau Ibu Hamil dan Menyusui yang Penuhi Syarat Jangan Ragu Ikut Vaksin Covid-19
Itu pun dilakukannya dengan protokol kesehatan ketat, seperti memakai sarung tangan, dobel masker, menggunakan face shield, dan mandi sebelum menyusui.
"Pakai protokol kesehatan ketat dan cuma 15 menit. Jadi, sampai sekarang saya tidak tidur bersama anak. Hanya waktu menyusui, saya ke rumah ibu untuk menemui dia."
Ayu berharap hasil tes PCR-nya segera negatif supaya bisa kembali menyusui langsung anaknya. IIa merindukan momen bonding dengan buah hatinya itu.
Baca juga: Alasan Bayi Sebaiknya Mendapatkan ASI hingga 2 Tahun dan Tantangan Menyusui
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.