LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Di tengah terik matahari terlihat dari kejauhan, nampak debu mengikuti roda belakang sepeda motor Sukani (41) saat melintasi sirkuit MotoGP Mandalika.
Ia dengan gerobak sayur yang di taruh di belakang motornya nampak kesusahan saat melintasi kawasan sirkuit yang jalannya tidak rata akibat pembangunan.
Adapun barang dagangan Sukani terlihat menggantung saat ia berhenti di salah satu rumah warga.
Di gerobaknya terlihat dagangan Sukani seperti timun, sawi dan berbagai macam jenis ikan laut.
Baca juga: Akses Jalan Tertutup, Warga Rusak Pagar Lintasan Sirkuit MotoGP Mandalika
Sebagai penjual sayur keliling yang masih tinggal di lingkaran sirkuit tepatnya berada di Dusun Ebunut, Desa Kuta, ia masih ingin tetap bertahan karena menurutnya tanah yang dimiliki sekitar lebih dari 20 are belum dibebaskan oleh Indonesia Tourism Devlopmen Corporation (ITDC) selaku pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
“Saya masih tinggal di sini karena tanah saya belum dibayar, kalau saya sudah dibayar pasti kita akan pergi,” kata Sukani, saat ditemui di pemberhentian tempat dia jualan yang berada di lingkaran sirkuit, Sabtu (21/8/2021).
Ia mengaku, memiliki surat tanah berbentuk surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah (sporadik) yang ia masih simpan di rumahnya.
Sebagai penjual sayur yang berpenghasilan Rp 50.000 hingga Rp 150.000 rupiah per hari, Sukani menuturkan kini ia sangat sulit mengakses jalan, karena hampir semua jalan sudah dipagari, dan terpaksa harus memutar arah dari jalan yang sebelumnya ia biasa lalui.
“Susah sekarang mau jualan harus mutar lewat utara dulu, dan jalannya juga saya bingung karena banayak jalan yang berliku-liku dan bergelombang,” kata Sukani.
Sebagai tulang punggung keluarga membantu suaminya yang tidak memiliki pekerjaan tetap, ia sangat bersedih menuturkan ceritanya saat ia dikejar oleh penjaga sirkuit saat hendak melintasi kawasan yang mengakibatkan dirinya dan dagangannya terjatuh.
“Jatuh kemarin kejedot kepala saya dikejar penjaga, karena tidak boleh menginjak jalan sirkuit. Tapi enggak dikasih jalan keluar masuk, bagaimana saya ndak injak jalan sirkuit, karena tidak ada jalan lain,” kata Sukani.
Ibu tiga anak ini berharap, persoalan lahan ini segera dapat terselesaikan oleh pihak ITDC maupun pemerintah agar ia bisa pindah dan tidak terjebak lagi di alam sirkuit.