Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oey Soe Tjoen, Batik Tulis Alus Peranakan Diambang Kepunahan, Satu Kain Dibuat Selama 3 Tahun

Kompas.com - 22/08/2021, 06:56 WIB
Rachmawati

Editor

Satu kain, tiga tahun

Jari-jari Widia tampak berwarna biru, seperti pewarna kain yang tengah dipakainya.

Ia berdiri memegang satu sisi kain, sementara Kunirah, seorang pembatik yang berusia 53, memegang sisi yang lain, di tempat penjemuran batik di belakang rumahnya.

Kicauan burung-burung juga gonggongan anjing, mengiringi proses penjemuran itu, yang dilakukan sekitar pukul 10.00 pagi, saat matahari bersinar terang, tapi tak cukup terik untuk merusak kain.

Setiap beberapa menit, mereka dengan telaten membalik kain itu agar tiap sisi mendapat sinar mentari.

Baca juga: Batik Merah Putih Kulon Progo, Bertahan Saat Pandemi, Banyak Peminat Jelang HUT RI

Tak lama, kain dengan gambar burung, kupu-kupu, dan bunga khas Oey Soe Tjun berubah warna. Dari yang tadinya kecokelatan, menjadi biru di pinggir-pinggirnya.

Selanjutnya, kain itu dibawa masuk ke dalam tempat pemrosesan batik, sebuah bangunan kecil dengan atap seng beralas bambu.
batik

Tungku menyala berisi air membuat hawa di sana gerah, tapi tampaknya tak mengganggu Widia dan Kunirah, yang selanjutnya sibuk menyuci batik itu dengan air sabun untuk menghilangkan asam dari kain.

Baca juga: 5 Oleh-oleh khas Banyuwangi, dari Kopi Sampai Kain Batik

Widia biasanya menghabiskan waktu tiga tahun untuk membuat selembar kain.dok BBC Indonesia Widia biasanya menghabiskan waktu tiga tahun untuk membuat selembar kain.
Keesokannya, proses itu diulangi lagi.

Setelah itu, pekerjaan dilanjutkan dengan pelorotan atau meluruhkan wax (lilin yang digunakan untuk menutup beberapa bagian kain) dengan air yang direbus dalam tungku.

Dalam proses itu, tangan Widia mengaduk-aduk kain dengan sebuah tongkat. Asap membumbung tinggi, menguras keringatnya.

Itu adalah bagian dari proses panjang pembuatan batik Oey.

Selain dikerjakan ekstra hati-hati, cuaca dan kondisi pembatik juga berperan. Saat musim panen, pembatik biasanya turun ke sawah.

Baca juga: Warga Shalatkan Almarhum Pemilik Batik Danar Hadi Solo, Jenazah Tetap di Mobil

"Kalau mereka turun ke sawah, biasanya saya larang untuk pegang batik karena panas matahari siang akan mempengaruhi fungsi mata mereka.

"Itu terlihat pada hasilnya," kata Widianti.

Hal-hal itu membuatnya membutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk membuat sebuah kain, kalau semua sesuai rencana.

Jika tidak, ia rela menghabiskan 10 tahun untuk terus menyempurnakann kainnya.

Baca juga: Pemilik Batik Danar Hadi Solo Santosa Doellah Meninggal, Dimakamkan dengan Protokol Covid-19

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute dan Tarif Bus Dieng Indah Executive Jakarta-Wonosobo

Rute dan Tarif Bus Dieng Indah Executive Jakarta-Wonosobo

Regional
Video Joget Erotisnya Saat Gerebek Sahur Viral di Media Sosial, Wanita di Kalsel Minta Maaf

Video Joget Erotisnya Saat Gerebek Sahur Viral di Media Sosial, Wanita di Kalsel Minta Maaf

Regional
Karyawan Bank di Aceh Timur Tipu PNS untuk Tarik Uang Ratusan Juta

Karyawan Bank di Aceh Timur Tipu PNS untuk Tarik Uang Ratusan Juta

Regional
Cair Pekan Depan, THR ASN di Kota Magelang Capai Rp 19 Miliar

Cair Pekan Depan, THR ASN di Kota Magelang Capai Rp 19 Miliar

Regional
Mayat di Tanara Serang Ternyata Penjual Madu asal Bandung Barat

Mayat di Tanara Serang Ternyata Penjual Madu asal Bandung Barat

Regional
Pemkot Semarang dan KPK Koordinasi Cegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Strategis 

Pemkot Semarang dan KPK Koordinasi Cegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Strategis 

Regional
Lancang Kuning Carnival Bakal Digelar, Pj Gubernur Riau: Bakal Promosikan Produk dan Karya Anak Muda

Lancang Kuning Carnival Bakal Digelar, Pj Gubernur Riau: Bakal Promosikan Produk dan Karya Anak Muda

Regional
Hati-hati, Penerangan Jalan Umum di Pantura Brebes Masih Minim

Hati-hati, Penerangan Jalan Umum di Pantura Brebes Masih Minim

Regional
BMKG: Wilayah Kalimantan Tengah Sedang Dilalui Gelombang Atmosfer 'Rossby Ekuator'

BMKG: Wilayah Kalimantan Tengah Sedang Dilalui Gelombang Atmosfer "Rossby Ekuator"

Regional
Selebgram Palembang Dituntut 7 Tahun Penjara, Ikut 'Cuci Uang' Hasil Narkoba

Selebgram Palembang Dituntut 7 Tahun Penjara, Ikut "Cuci Uang" Hasil Narkoba

Regional
Kaesang Diusung Jadi Cagub DKI Jakarta, Gibran Ogah Tanggapi

Kaesang Diusung Jadi Cagub DKI Jakarta, Gibran Ogah Tanggapi

Regional
Jasad Ibu dan Anak Korban Longsor di Bandung Barat Ditemukan dalam Kondisi Berpelukan

Jasad Ibu dan Anak Korban Longsor di Bandung Barat Ditemukan dalam Kondisi Berpelukan

Regional
Sempat Ditutup Imbas Erupsi Marapi, BIM Kembali Dibuka

Sempat Ditutup Imbas Erupsi Marapi, BIM Kembali Dibuka

Regional
Polisi Minta Tambah SPKLU di Tol Jateng, Saat Ini Hanya Ada 21

Polisi Minta Tambah SPKLU di Tol Jateng, Saat Ini Hanya Ada 21

Regional
Soal Nama yang Akan Diusung di Pilkada Semarang, DPC Partai Demokrat Tunggu Petunjuk

Soal Nama yang Akan Diusung di Pilkada Semarang, DPC Partai Demokrat Tunggu Petunjuk

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com