Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nestapa Yuliana, Ditandu 37 Kilometer Lewati Bukit hingga Sungai demi Melahirkan di Puskesmas

Kompas.com - 21/08/2021, 15:13 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

 

Terkait belum adanya fasilitas kesehatan dan tenaga medis, Ulis mengaku telah beberapa kali menyampaikan hal itu ke pemerintah daerah dan dinas kesehatan, sayangnya keluhan masyarakat itu belum dapat diwujudkan.

"Saya sudah sampaikan itu ke pemda dan dinas kesehatan tapi soal implementasinya itu menjadi kewenangan pemda,” katanya.

Tolak Evakuasi

Terkait kasus yang menimpa Yuliana itu, Kepala Dinas Kesehatan Seram bagian Barat, Johanes Tapang mengaku pihaknya telah mengirim tim kesehatan sejak Senin (16/8/2021).

Tim kesehatan itu meminta keluarga agar segera mengevakuasi Yuiana ke Puskesmas, tetapi ditolak.

“Dari hari senin staf kami naik ke atas (Huku Kecil) untuk pengobatan lengkap dan imunisasi lalu ketemu sama ibu itu (Yuiliana) lalu di suruh turun,” katanya kepada Kompas.com via telepon seluler.

Tim kesehatan meminta Yuliana agar segera dievakuasi ke Puskesmas karena kondisinya yang sangat buruk.

Menurut Johanes, saat diperiksa kondisi kesehatan Yuliana sangat berisiko sebab mengalami gejala hipertensi, kelainan di mulut rahim, dan memiliki tekanan darah tinggi.

“Jadi kalau ditolong di situ sangat berisiko bisa perdarahan lalu meninggal jadi prosedurnya harus dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, tapi keluarga tidak mau lalu dimasukan ke medsos, kacau ini,” katanya.

Baca juga: Saat Warga di Maluku Jadikan Dugong yang Terdampar sebagai Santapan, Begini Penjelasan Ahli

Ia mengaku sesuai prosedur pasien yang dalam kondisi seperti itu harus dibawa segera ke fasilitas kesehatan yang memadai agar ditangani dengan baik.

“Jadi bukan kita tidak menghiraukan, harus sesuai prosedur kalau tidak mampu harus dirujuk ke yang mampu. Nah kemarin karena heboh di sana kita turun ke sana kita bilang kalau tidak mau turun kita tidak bertanggung jawab, jangan sampai kita disalahkan,” ungkapnya.

Ia menuturkan soal Yuliana harus ditandu keluarganya, itu merupakan hal biasa sebab tidak ada akses jalan yang memungkinkan ambulans menjemput pasien.

“Mengapa harus ditandu? ya memang harus ditandu karena tidak ada akses untuk kendaraan mau pakai apa untuk mengangkut dia, jadi kalau tidak ditandu tidak bisa jalan,” ungkapnya.

“Kalau ada akses jalan masa kita tidak bawa ambulans, kalau seperti ini siapa yang mau bawa kendaraan tembus hutan-hutan ke atas,” tambahnya.

Ia mengaku setelah dibawa ke Puskesmas, sore itu juga Yuliana langsung melahirkan bayinya dalam keadaan selamat.

“Dia sudah melahirkan anaknya yang kelima dengan selamat sore itu juga,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Regional
Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Regional
Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Regional
Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com