Sungai tersebut sangat luas dan deras sehingga butuh waktu lama untuk bisa menyeberang.
“Kalau sungai besar itu Sungai Nua kita menyeberanginya pakai rakit lalu kita berpegangan di tali dari kabel listrik yang kita taruh di situ. Itu memang alat transportasi empat desa di pegunungan yang selama ini dimanfaatkan,” ungkapnya.
Hengky mengaku keluarga juga menghadapi kendala dan tantangan karena sejumlah jembatan darurat yang dibuat warga telah roboh. Mau tak mau, mereka terpaksa harus menggotong Yuliana sambil menyeberangi sungai-sungai itu.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan dan berhasil menyebrangi sungai Nua, Hengky dan keluarganya akhirnya memilih beristirahat di tepi sungai.
“Pas kita di tepi sungai itu, Pak Camat Elpaputih dan beberapa tenaga medis sudah menjemput di situ pertolongan pertama dilakukan, dan infus mulai dipasang di tubuh Yuliana,” katanya.
Setelah beristirahat sejenak, perjalanan membawa Yuliana kembali dilanjutkan. Butuh waktu lebih dari dua jam lamanya hingga akhirnya rombongan tiba di hutan Desa Elpaputih. Di hutan itu, ambulans telah menunggu Yuliana.
“Kita bawa sampai di ujung jalan di situ sudah ada mobil ambulans menjemput kira-kira jaraknya satu km menuju puskesmas,” katanya.
Baca juga: Blitar Bumi Bung Karno: Kisah Tanah Pusara yang Gerowong akibat Peziarah (Bagian 2)
Kejadian Berulang
Kisah ibu hamil dari kampung-kampung pegunungan di Kecamatan Elpaputih ditandu warga puluhan kilometer menuju puskesmas untuk proses persalinan bukanlah kejadian pertama.
Pada kejadian sebelumnya, bahkan ada ibu hamil yang keguguran dan meninggal di perjalanan.
“Hal kaya begini sudah berulang kali terjadi, yang seperti beberapa waktu lalu itu ibu hamil yang 20 tahun itu juga sudah meninggal saya juga ikut membawanya ke puskesmas. Jadi yang kaya begini itu ada sampai ibu hamil yang mati di tengah perjalanan,” jelas Hengky.
Kondisi sangat memprihatinkan yang selalu menimpa warga di wilayah itu bukan tanpa alasan. Kejadian berulang itu bahkan telah terjadi puluhan tahun yang lalu dan sayangnya luput dari perhatian pemerintah.
Hengky mengatakan, tak adanya fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau puskesmas pemantu di Desa Huku dan desa lainnya di wilayah itu merupakan salah satu penyebab. Lalu, akses jalan ke desa juga tak memadai.
“Di Huku Kecil dan desa-desa lainnya di atas itu tidak ada puskesmas, tidak ada tenaga medis dan tidak ada jalan, listrik juga tidak ada jadi kalau ada yang sakit atau hamil harus ditandu seperti begini,” ungkapnya.