Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Javier, Sosok Anak Muda Penerus Legenda Batik Lasem, Ada Doa di Selembar Kain

Kompas.com - 21/08/2021, 10:59 WIB
Rachmawati

Editor

Motif Muslim

Tak hanya itu, perpaduan agama, baik dalam keluarganya dan di Lasem secara keseluruhan, menginspirasi Sigit untuk memasukkan motif kaligrafi dalam kain yang dibuatnya, bahkan saat ia masih menganut agama Kong Hu Cu.

"Sebelum memeluk agama Islam beberapa tahun belakangan ini, dia bersahabat dengan satu pemuka agama Islam. Dia ingin buatkan salah satu kaligrafi, tapi ada di batiknya.

"Ketika mencucinya pun kalau ada yang lafadz Allahu akbar, kalau kain lain biasa dengan kaki, itu dengan tangan. Nggak boleh sampai jatuh ke bawah.

"Engkong saking menghormati agama lain, sampai begitu," ujarnya.

Baca juga: Tokoh Pluralisme Asal Lasem Bertemu Maruf Amin di Rumah Situbondo

Motif-motif binatang yang digambarnya pun tak pernah menyerupai bentuk asli untuk menghormati ajaran Islam.

Motif kaligrafi ini juga sering dibuat oleh Javier, alumni Pondok Modern Darussalam, Gontor, Jawa Timur, itu.

"Batik itu tentang keberagaman. Semua yang menggunakan batik itu pantas.

"Di setiap kain ada warna-warna, spirit-spirit (semangat) dari semua etnis," ujarnya.

Baca juga: Pantai Watu Layar, Pilihan Wisata Lain di Lasem

'Anak sekarang tak mau membatik'

Kalau kita liat secara kasat mata, prosesnya hanya produksi, jual, selesai. Seperti nggak, ada nilai seni di situ.dok BBC Indonesia Kalau kita liat secara kasat mata, prosesnya hanya produksi, jual, selesai. Seperti nggak, ada nilai seni di situ.
Meski awalnya hanya untuk "bantu-bantu oma", Javier jatuh cinta pada batik ketika mempelajarinya selesai SMA.

"Ternyata setelah saya belajar batik kok ternyata menarik? Banyak hal yang menantang.

"Kalau kita liat secara kasat mata, prosesnya hanya produksi, jual, selesai. Ternyata nggak, ada nilai seni di situ.

"Kain yang diperlakukan sama, hasilnya bisa berbeda. Saya tertarik dengan seninya," ujar Javier.

Baca juga: Lambangkan Persatuan, Lasem Dicanangkan sebagai Kota Pusaka

Meski semangat menjalankan bisnis itu, tak dipungkiri Javier menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya, jumlah pembatik berkualitas yang semakin sedikit.

Suparmi, salah satu pembatik di tempat itu, mengiyakan soal langkanya penerus.

"Sulit anak-anak sekarang itu. Nggak banyak yang mau membatik karena mereka kuliah, bekerja.

"Nenek-nenek ini yang masih membatik. Anak saya menjadi guru dan perangkat desa," kata Suparmi seraya tertawa.

Baca juga: Mengapa Liburan ke Lasem? Ini Alasan dan Panduan Wisatanya

Menanggapi masalah itu, Javier berupaya untuk mengadakan sejumlah pelatihan untuk para pembatik muda.

Ia juga berupaya memberi insentif layak agar makin banyak anak muda yang mau membatik.

"Karena masalah langkanya pembatik disebabkan karena rendahnya penghasilan sebagai seorang pembatik," ujarnya.

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Berlibur ke Lasem?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Regional
Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Regional
Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Regional
Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com