BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknolgi Bandung (ITB) Heri Andreas menjelaskan, tanggul pengaman pantai atau laut di Jakarta bisa mencegah banjir rob dan memproteksi Jakarta dari tsunami.
Seperti diketahui, ITB mengingatkan potensi tsunami hingga 20 meter di selatan Jawa yang bisa terjadi kapan saja.
Berdasarkan permodelan, tsunami tersebut bisa menyapu sebagian Jakarta, bahkan nyaris menyentuh Istana.
"Awal ide pembuatan tanggul ini tahun 2012. Hampir mau 10 tahun (belum selesai)," ucap Heri kepada Kompas.com, Kamis (19/8/2021).
Rencananya, akan dibangun tanggul sepanjang 33 kilometer tanggul.
Namun saat ini bertambah menjadi 40 kilometer.
Dari rencana itu, yang selesai baru 12 kilometer.
Artinya, pembangunan belum sampai 50 persen.
Misalnya seperti pengerjaan tanggul di Jakarta mulai dari Kamal Muara hingga Marunda yang hingga kini belum rampung.
Dari target sekitar 33 kilometer, kini baru selesai lebih kurang 10 kilometer.
Selain itu, ada juga pembangunan tanggul lain seperti di Pantai Mutiara, Muara Angke, dan Kaliadem.
Baca juga: Anies: Tanggul Bukan Solusi Permanen Cegah Jakarta Tenggelam
Sebagai seorang peneliti, Heri menilai, ada aspek non-teknis yang membuat pembangunan ini terhambat. Salah satunya upaya politisasi.
Sebab, hingga kini masih ada yang setuju ataupun tidak setuju dengan pembangunan tanggul tersebut.
Heri menjelaskan, ada tiga jenis tanggul yang bisa dibuat, yakni tanggul pantai, tanggul laut di bagian barat, dan tanggul laut di bagian timur.
Dari sisi anggaran, kebutuhan untuk membangun tanggul tersebut mencapai Rp 200 triliun.
Namun jika membangun tanggul pantainya saja, kurang dari Rp 100 triliun.
"Bagi pemerintah (anggaran itu) seharusnya ada. Tapi balik lagi ketika ada tarik ulur kebijakan (menjadi sulit)," ucap Heri.
Heri mengaku serba salah. Sebab, jika dia bicara tentang potensi tsunami, ia dinilai menakut-nakuti.
Namun, jika tidak bicara, juga merasa salah.