Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Blitar Bumi Bung Karno: Kisah Tanah Pusara yang Gerowong akibat Peziarah (Bagian 2)

Kompas.com - 20/08/2021, 07:15 WIB
Asip Agus Hasani,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com - Keputusan memakamkan Presiden Soekarno (Bung Karno) di Blitar bisa salah jika bertujuan menutupi kuatnya pengaruh pemimpin kharismatik itu di hati rakyat Indonesia.

Kota Blitar banjir manusia pada 22 Juni, 41 tahun lalu, di hari Bung Karno dimakamkan di Taman Makam Karang Mulyo di Kelurahan Bendogerit.

Puluhan ribu orang datang ke kota kecil dan terpencil itu guna memberikan penghormatan terakhir kepada Sang Proklamator.

Mereka datang dari berbagai pelosok Kota dan Kabupaten Blitar bahkan dari daerah-daerah di sekitarnya.

Seorang saksi mata jalannya pemakaman Bung Karno, Amang Makmur menuturkan, lautan manusia memadati area dalam radius beberapa ratus meter dari pemakaman.

"Semakin dekat jarak ke makam semakin padat manusianya," kata Amang yang merupakan cucu Eyang Pramoe, sosok yang dihormati dan dituakan oleh Bung Karno.

Ribuan warga memenuhi sisi kanan dan kiri jalan sepanjang 80 kilometer saat ambulans yang membawa jenazah Bung Karno dari Bandara Abdul Rahman Saleh Malang ke Blitar melintas.

Baca juga: Kisah Cinta Hartini dan Bung Karno, Menemani hingga Ajal Menjemput Sang Proklamator

Mendekati lokasi makam, ambulans milik TNI Angkatan Darat itu pun tidak mungkin bergerak lebih dekat ke pemakaman karena padatnya manusia.

Saat keranda jenazah akhirnya dikeluarkan dari ambulans, prajurit yang bertugas menyerah ketika semakin dekat ke area pemakaman.

Amang mengatakan, keranda itu dibiarkan bergerak di atas kerumunan padat massa yang saling mengoper keranda hingga mendekati liang pemakaman.

Amang, dengan ukuran badannya yang relatif kecil, berusaha mengikuti jenazah Bung Karno di antara jepitan badan warga yang berjejal.

"Saya berhasil mendekat hingga pagar betis tentara yang menjaga liang penguburan," ujar Amang yang pada saat itu berusia 20-an tahun.

Setelah berjuang dan berhasil mencapai posisi terdekat yang memungkinkan, Amang mencoba melihat di sekelilingnya. Apa yang dia lihat membuatnya terbelalak.

"Ternyata orang-orang juga bergelantungan di pohon-pohon yang ada di sekeliling area makam. Mereka memanjat pohon apa pun, bahkan satu pohon kelapa bisa berisi beberapa orang," kenang Amang, yang kini berusia 71 tahun, saat berbincang dengan Kompas.com, akhir pekan lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laporkan Pacar Anaknya atas Kasus Pencabulan, Ayah Korban Ternyata Ikut Memerkosa

Laporkan Pacar Anaknya atas Kasus Pencabulan, Ayah Korban Ternyata Ikut Memerkosa

Regional
Ditagih Belanjaan Sembako Rp 45 Juta, IRT Pelaku Penipuan Maki Korban

Ditagih Belanjaan Sembako Rp 45 Juta, IRT Pelaku Penipuan Maki Korban

Regional
Penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado Diperpanjang, Abu Vulkanik Gunung Ruang Ganggu Penerbangan

Penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado Diperpanjang, Abu Vulkanik Gunung Ruang Ganggu Penerbangan

Regional
Hujan Disertai Angin di Semarang, Puluhan Rumah Roboh dan Pohon Tumbang

Hujan Disertai Angin di Semarang, Puluhan Rumah Roboh dan Pohon Tumbang

Regional
Sambut HUT Ke-76 Provinsi Sumut, Pj Gubernur Hassanudin: Momen Ini Jadi Ajang Evaluasi dan Introspeksi

Sambut HUT Ke-76 Provinsi Sumut, Pj Gubernur Hassanudin: Momen Ini Jadi Ajang Evaluasi dan Introspeksi

Regional
Korban Banjir di Lebong Bengkulu Butuhkan Air Bersih dan Pangan

Korban Banjir di Lebong Bengkulu Butuhkan Air Bersih dan Pangan

Regional
Terjerat Kasus Fidusia, Seorang PNS di Salatiga Ditangkap Polisi

Terjerat Kasus Fidusia, Seorang PNS di Salatiga Ditangkap Polisi

Regional
Kakek yang Hilang di Pantai Rogan Flores Timur Ditemukan Meninggal Dunia

Kakek yang Hilang di Pantai Rogan Flores Timur Ditemukan Meninggal Dunia

Regional
Perampok Bersenjata Api yang Gasak Toko Emas di Blora Masih Buron

Perampok Bersenjata Api yang Gasak Toko Emas di Blora Masih Buron

Regional
Dugaan Dosen Joki di Untan Pontianak, Mahasiswa Tidak Kuliah tapi Tetap Dapat Nilai

Dugaan Dosen Joki di Untan Pontianak, Mahasiswa Tidak Kuliah tapi Tetap Dapat Nilai

Regional
Lebaran Kelar, Harga Bumbu Dapur Terus Melambung di Lampung

Lebaran Kelar, Harga Bumbu Dapur Terus Melambung di Lampung

Regional
Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Regional
Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Regional
Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Regional
Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com