"Dulu mesinnya ada yang dikubur di dapur," kata Sukaryo ditemui di monumen Radio AURI PC 2, Senin (16/8/2021).
Saat ini, Monumen Radio AURI PC 2 yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX tahun 1984 berada satu area dengan bangunan sekolah TK Negeri 1 Maret Playen.
Monumen serta bangunan sekolah tersebut berdiri di atas tanah milik Pawirosetomo, warga Desa Playen, yang menghibahkan rumah serta tanah untuk markas stasiun radio dan untuk bangunan sekolah.
Selain sekolah, saat ini berdiri dua bangunan yang difungsikan untuk museum dan monumen.
Monumen berbentuk persegi panjang menghadap ke selatan dan museum berada di belakangnya berbentuk limasan.
Di dalam bangunan limasan, terdapat beberapa foto mengenai stasiun radio PC 2 di Playen, salah satunya foto Boedihardjo.
Sesuai dengan keterangan dalam foto hasil repro dari buku Bakti TNI AU 1946-2003 Boediharjo merupakan perintis.
Selama revolusi, bersama anak buahnya dibantu Basir Surya dan Sersan Udara Soeroso membangun pemancar radio.
Keberadaan stasiun ini luput dari pemantauan Belanda juga tak lepas peran penduduk lokal, dan Keluarga Pawirosetomo.
Bahkan Perdana Menteri Syarifudin Prawiranegara sempat mengucapkan 'Andai saja waktu itu tidak ada PHB AURI, maka eksistensi kemerderkaan pemerintah Indonesia Mungkin tidak pernah diketahui dunia Internasional'.
Kata-kata tersebut saat ini diabadikan di dinding rumah Museum PC AURI di Banaran.
Setelah muncul berita tentang Indonesia, Indonesia dan Belanda beberapa kali melakukan perjanjian. Perjanjian Roem-Royen 4 April 1949 sampai 7 Mei 1949.
Dalam kesepakatan perjanjian itu di antaranya diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB). Perundingan antara Indonesia dan Majelis Permusyawaratan Federal atau Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) intensif digelar pada Maret 1949 di Bangka.
Dalam rangka mempersiapkan KMB di Den Haag, RI, dan BFO mengadakan perundingan untuk menyatian pendapat.
Perundingan dilaksanakan dua kali yakni di Yogyakarta pada 19 Juni 1949 dan di Jakarta pada 22 Juni 1949.