KOMPAS.com - Kemerdekaan Indonesia tak bisa dilepaskan dari peran Sukarno, presiden pertama RI.
Namun, tak banyak yang tahu bahwa Sukarno lahir dengan nama Kusno. Ia lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud.
Dalam otobiografinya yang disusun Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat (2011), Sukarno bercerita saat ia lahir, sang ayah, Soekemi tak mampu memanggil dukun beranak.
Kelahiran Kusno hanya dibantu seorang lelaki yang sudah tua.
"Pada waktu aku dilahirkan, tak ada seorang pun yang memelukku, kecuali seorang kakek yang amat tua," cerita Sukarno.
Baca juga: Kisah Asmara Orangtua Sukarno di Bali, Soekemi Jatuh Cinta Pada Ayu Nyoman Rai
Saat berusia 6 tahun, Sukarno yang saat itu masih bernama Kusno pindah dengan keluarganya ke Mojokerto.
Sukarno bercerita, kala itu keluarganya hidup melarat dan sering makan ubi kayu dan jagung yang ditumbuk dengan bahan makanan lain.
Terkadang sang ibu hanya bisa membeli padi, lalu menumbuknya sampai menjadi beras untuk dmakan.
Rumah yang mereka tempati terletak di tanah yang rendah dekat sungai kecil.
Baca juga: Mbok Sarinah dan Kepedihan Bung Karno Muda di Mojokerto
Kusno kecil pun terkena penyakit tifus. Ia mulai sakit-sakitan.
Saat usia 11 tahun, Kusno kecil pernah sakit selama dua setengah bulan. Selama itu pula, sang ayah menjaga Kusno dengan berbaring di atas lantai semen yang lembap, beralaskan tikar yang tipis dan usang.
Ia tidur tepat di bawah tempat tidur Kusno yang terbuat dari bambu untuk menjaga anak laki-lakinya.
Baca juga: Im Yang Tjoe, Sosok Penulis Pertama Riwayat Bung Karno yang Nyaris Pupus dari Ingatan Sejarah
Walaupun sudah pindah ke rumah yang lebih kering di Jalan Residen Pamuji, Kusno masih sering sakit.
Ia terkena malaria, disentri, dan penyakit lainnya. Ayahnya pun berpikir untuk mengganti nama Kusno.