Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Parjan Biayai Sekolah Anak, Panjat 40 Pohon Sehari meski Tak Bisa Melihat

Kompas.com - 17/08/2021, 07:11 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Setiap hari, ia telah melintasi tempat yang sama, jalan di tempat dan pohon yang sama. Terlebih karena ia sudah melakukan ini sejak usia 15 tahun.

Ia sangat hafal tiap pohon yang harus dinaiki, juga tiap pijakannya.

“Waktu bisa melihat kan pekerjaan itu saja. Nderes, mencangkul, menanam. Itu semua kebiasaan dan masih bisa dilakukan. Kecuali tukang (bangunan) sudah tidak bisa,” kata Parjan.

Baca juga: Perjuangan Wisnu Sopian, Tempuh Jarak 40 Km demi Pasok Bantuan ke Warga Isoman

Kegiatan berlanjut ke dapur produksi untuk memasak nira menjadi gula. Dapur ini terpisah dari rumah induk.

Kamsih, istrinya, mengurusi memasak gula mulai pukul 09.30 WIB. Usaha Kamsih mengaduk nira hingga jadi kental bisa menghasilkan 3 kilogram gula.

Menghasilkan gula bukan pekerjaan terakhir sepanjang hari. Keduanya masih harus mencari kayu bakar di hutan dan kebun.

Mereka beriring mencari kayu bakar. Parjan memikul, Kamsih memanggul. Begitu setiap hari.

“Sekarang bapak sudah susah. Bapak sangat terpaksa karena kasihan sama saya,” kata Kamsih.

Parjan, penderes buta dari Pedukuhan Plampang 3, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Parjan memanjat 40 pohon dalam sehari untuk mengumpulkan 20 liter nira. Kamsih, istrinya, menghasilkan tiga kilogram gula merah. Semua karena dorongan ekonomi dan masa depan kedua anaknya.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Parjan, penderes buta dari Pedukuhan Plampang 3, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Parjan memanjat 40 pohon dalam sehari untuk mengumpulkan 20 liter nira. Kamsih, istrinya, menghasilkan tiga kilogram gula merah. Semua karena dorongan ekonomi dan masa depan kedua anaknya.

Parjan mengaku masih akan terus bekerja seperti ini, meski penuh keterbatasan.

Ini dilakukan demi kedua anaknya yang harus selesai sekolah, minimal setingkat SMA.

Ia berharap diberi kekuatan untuk mampu mewujudkan pendidikan yang baik bagi kedua anaknya.

“Masih bisa bekerja masih bisa bayar biaya sekolah. Kalau tidak bekerja tidak ada uang untuk bayar sekolah anak-anak,” kata Kamsih.

Baca juga: Pemuda yang Tantang Pegang Mayat Pasien Covid Ditangkap, Dianggap Cederai Perjuangan Nakes

Parjan tidak tamat sekolah. Ia mundur untuk menemani orangtuanya dan menderes.

Karena itu, ia mengharap anak-anaknya memiliki pendidikan yang tinggi tidak sepertinya, agar kehidupannya layak dibanding orangtuanya sekarang.

“Harapannya anak terus sekolah. Dia harus bisa sekolah paling tidak SMA. Selama itu saya berusaha mampu membiayai,” katanya.

Parjan mengaku akan terus bekerja dan berusaha, selagi tubuhnya masih kuat dan sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Regional
Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Regional
Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Regional
Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Regional
Aduan Tarif Parkir 'Ngepruk' di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Aduan Tarif Parkir "Ngepruk" di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Regional
Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Regional
Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Regional
5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Regional
Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Regional
Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Regional
Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com