Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Ibu-ibu Bermukena Pikul Keranda Jenazah ke Pemakaman, Ini Penjelasan Kepala Lingkungan

Kompas.com - 16/08/2021, 19:35 WIB
Karnia Septia,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Video yang menayangkan gambar sekelompok ibu-ibu tengah memikul keranda jenazah dari sebuah masjid menuju tempat pemakaman, beredar di media sosial.

Dalam video berdurasi 1 menit 2 detik tersebut, tampak ibu-ibu yang menggunakan mukena keluar dari masjid dengan memikul keranda berisi jenazah.

Hal ini tampak tidak lazim karena biasanya yang bertugas memikul keranda jenazah ke tempat pemakaman adalah laki-laki.

Tokoh agama sekaligus Kepala Lingkungan Taman Seruni, Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Ustaz H Kamaludin, QH.S.Ag mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (12/8/2021).

"Hari Kamis tanggal 12 Agustus 2021 di Lingkungan Taman Kapitan, Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Ampenan, nah itu kejadiannya pada saat itu," kata Kamaludin saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Senin (16/8/2021).

Baca juga: Saya Keluar dari Ambulans, Warga Sempat Ayunkan Parang, Bawa Bensin dan Teriak Bakar-Bakar

11 warga meninggal dalam sebulan terakhir

Keranda jenazah tersebut dipikul oleh ibu-ibu dari masjid menuju tempat pemakaman.

Kamaludin menyebutkan, sejak satu bulan terakhir ada 11 warga Taman Kapitan yang meninggal dunia.

Hal ini dianggap tidak umum terjadi, karena biasanya hanya satu atau dua orang yang meninggal dunia di lingkungan tersebut.

"Perlu digarisbawahi, meninggalnya itu bukan karena Covid," Kata Kamaludin.

Karena banyak warga yang meninggal, ibu-ibu di lingkungan ini lalu ikut mengangkut keranda jenazah dengan harapan wabah penyakit yang terjadi saat ini segera berakhir.

"Ibu-ibu ini peka dia melihat situasi yang terjadi. Maka beliau-beliau minta mari kami yang angkat sebagaimana yang orang-orang tua kita dulu pernah lakukan. Jadi mereka yang punya inisiatif kemarin," Kata Kamaludin.

Baca juga: Pembongkar Peti Jenazah Pasien Covid-19 Dites PCR, 8 Orang Dilaporkan ke Polisi

Ilustrasi jenazahKompas.com Ilustrasi jenazah

 

Mereka berharap segala bala dan wabah penyakit yang terjadi saat ini segera hilang.

"Ibu-ibu ini meminta semoga yang dianggap bala segera diangkat oleh Allah SWT termasuk Covid ini. Cuma permasalahannya sekarang karena mungkin di generasi kita ini belum pernah lihat maka menjadi heboh sepeti itu," Kata Kamaludin.

Kamaludin mengatakan, ibu-ibu yang ikut mengangkut keranda jenazah tetap menjalankan protokol kesehatan.

Ada sekitar sembilan orang ibu-ibu yang turut serta memikul keranda jenazah.

Baca juga: Sopir Ambulans di Sikka Nyaris Dibunuh dan Dibakar Warga Saat Jemput Pasien Isoman

Sudah ada sejak zaman dahulu

Kamaludin menjelaskan, ibu-ibu memikul keranda jenazah, merupakan adat yang sudah dilakukan oleh para orang tua sejak zaman dahulu. 

Namun hal tersebut hanya dilakukan jika sedang terjadi suatu wabah penyakit.

Hal serupa juga pernah dilakukan, saat terjadi wabah penyakit kolera.

"Pernah dulu. Ada dulu namanya wabah penyakit kolera melanda. Sehingga dulu seluruh warga masyarakat itu keliling kampung membaca kalimat thayibah, dengan harapan dengan bacaan kalimat thayibah itu Allah SWT mengangkat bala," Kata Kamaludin.

Kamaludin mengatakan, di kehidupan masyarakat suku Sasak antara adat dan agama hampir tidak bisa dipisahkan.

Meski demikian, adat yang selama ini dilaksanakan tidak pernah keluar dari norma agama.

Tidak hanya di Mataram, ibu-ibu memikul keranda jenazah untuk menolak bala, juga terjadi di daerah lain seperti beberapa wilayah di Jawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Waspada Banjir dan Longsor, BMKG Prediksi Hujan Deras di Jateng Seminggu ke Depan

Waspada Banjir dan Longsor, BMKG Prediksi Hujan Deras di Jateng Seminggu ke Depan

Regional
Harus Alokasi Hibah Pilkada, Aceh Barat Daya Defisit Anggaran Rp 70 Miliar

Harus Alokasi Hibah Pilkada, Aceh Barat Daya Defisit Anggaran Rp 70 Miliar

Regional
2 Eks Pejabat Bank Banten Cabang Tangerang Didakwa Korupsi Kredit Fiktif Rp 782 Juta

2 Eks Pejabat Bank Banten Cabang Tangerang Didakwa Korupsi Kredit Fiktif Rp 782 Juta

Regional
Perbaikan Jembatan Terdampak Banjir di Lombok Utara Jadi Prioritas

Perbaikan Jembatan Terdampak Banjir di Lombok Utara Jadi Prioritas

Regional
PKS Usulkan Anggota DPR Nasir Djamil Jadi Cawalkot Banda Aceh

PKS Usulkan Anggota DPR Nasir Djamil Jadi Cawalkot Banda Aceh

Regional
Tak Terima Ibunya Dihina, Pria di Riau Bunuh Istrinya

Tak Terima Ibunya Dihina, Pria di Riau Bunuh Istrinya

Regional
Sambut Indonesia Emas 2045, GP Ansor Gelar Acara Gowes Sepeda Jakarta-Bogor

Sambut Indonesia Emas 2045, GP Ansor Gelar Acara Gowes Sepeda Jakarta-Bogor

Regional
Pengadaan Kapal Fiktif Rp 23,6 Miliar, Pengusaha Cilegon Divonis 4 Tahun Penjara

Pengadaan Kapal Fiktif Rp 23,6 Miliar, Pengusaha Cilegon Divonis 4 Tahun Penjara

Regional
5 Pemandian Air Panas Magelang, Ada yang Buka 24 Jam

5 Pemandian Air Panas Magelang, Ada yang Buka 24 Jam

Regional
Terduga Pelaku Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar Belum Tertangkap

Terduga Pelaku Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar Belum Tertangkap

Regional
Motif Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya, Korban Minta Rp 2,5 Juta dan Cekcok

Motif Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya, Korban Minta Rp 2,5 Juta dan Cekcok

Regional
Soal Hibah Pembangunan Gedung Baru Senilai Rp 7,3 M, Kejari Blora: Gedung Sempit

Soal Hibah Pembangunan Gedung Baru Senilai Rp 7,3 M, Kejari Blora: Gedung Sempit

Regional
Miring Sejak 2018, Jembatan Dermaga Sei Nyamuk di Pulau Sebatik Ambruk

Miring Sejak 2018, Jembatan Dermaga Sei Nyamuk di Pulau Sebatik Ambruk

Regional
Kesaksian Korban Truk Terguling di Kebumen: Remnya Blong, Bannya Bocor

Kesaksian Korban Truk Terguling di Kebumen: Remnya Blong, Bannya Bocor

Regional
Profil Gunung Ruang, dari Lokasi hingga Sejarah Erupsi

Profil Gunung Ruang, dari Lokasi hingga Sejarah Erupsi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com