Mereka berharap segala bala dan wabah penyakit yang terjadi saat ini segera hilang.
"Ibu-ibu ini meminta semoga yang dianggap bala segera diangkat oleh Allah SWT termasuk Covid ini. Cuma permasalahannya sekarang karena mungkin di generasi kita ini belum pernah lihat maka menjadi heboh sepeti itu," Kata Kamaludin.
Kamaludin mengatakan, ibu-ibu yang ikut mengangkut keranda jenazah tetap menjalankan protokol kesehatan.
Ada sekitar sembilan orang ibu-ibu yang turut serta memikul keranda jenazah.
Baca juga: Sopir Ambulans di Sikka Nyaris Dibunuh dan Dibakar Warga Saat Jemput Pasien Isoman
Sudah ada sejak zaman dahulu
Kamaludin menjelaskan, ibu-ibu memikul keranda jenazah, merupakan adat yang sudah dilakukan oleh para orang tua sejak zaman dahulu.
Namun hal tersebut hanya dilakukan jika sedang terjadi suatu wabah penyakit.
Hal serupa juga pernah dilakukan, saat terjadi wabah penyakit kolera.
"Pernah dulu. Ada dulu namanya wabah penyakit kolera melanda. Sehingga dulu seluruh warga masyarakat itu keliling kampung membaca kalimat thayibah, dengan harapan dengan bacaan kalimat thayibah itu Allah SWT mengangkat bala," Kata Kamaludin.
Kamaludin mengatakan, di kehidupan masyarakat suku Sasak antara adat dan agama hampir tidak bisa dipisahkan.
Meski demikian, adat yang selama ini dilaksanakan tidak pernah keluar dari norma agama.
Tidak hanya di Mataram, ibu-ibu memikul keranda jenazah untuk menolak bala, juga terjadi di daerah lain seperti beberapa wilayah di Jawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.