Puluhan tahun berpisah dengan anak dan istri
Kakek Bakri yang juga kerap dipanggil Daeng Patanga itu mengaku, Nunukan yang merupakan perbatasan RI – Malaysia ia pilih karena bisa memantau kabar anaknya lebih dekat dan mudah.
Ia beranggapan, banyaknya TKI yang pulang melalui Nunukan bisa ditanya-tanya terkait kabar anaknya di Sandakan Malaysia.
"Saya sudah puluhan tahun berpisah dengan anak istri. Suatu saat mereka pasti tahu keberadaan saya di Nunukan," katanya yakin.
Selama 5 tahun ini, dia terus berpindah dari satu kebun ke kebun lain. Untuk bertahan, ia mengumpulkan kayu kayu keras yang roboh di kebun dan hutan.
Singkatnya, di mana banyak pohon rebah dan bisa dimanfaatkan menjadi arang, di sanalah ia mendirikan tenda dan bermukim sementara.
"Kayu keras macam akasia itu saya bakar untuk dijadikan arang, hasilnya dijual untuk beli tembakau dan pengganjal perut. Ini saja saya bisa kerjakan, nah tidak ada saya punya pendidikan," ujarnya.
Biasanya dalam sekali pembakaran, ia bisa mendapatkan 10 karung arang. Ia kemudian menjual Rp 30.000 untuk satu karung arang.
"Memang tidak setiap hari membakar, tapi ada saja dalam seminggu dibeli orang. Uang itulah yang dipakai untuk sehari hari," katanya.
Rindu pada putranya yang mengalami gangguan bicara
Di tengah alunan gambus, Bakri bercerita bahwa anak laki lakinya mengalami gangguan bicara sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Sampai hari ini, tidak ada yang tahu mengapa putra semata wayangnya tersebut mendadak bisu.
"Yang menjadi penyesalan saya, karena saya jauh dan hilang kontak dengan anak dan istri. Kalau dibilang rindu, rasanya apa pun yang saya lakukan sepertinya tidak bisa menebus jarak dan kondisi yang terjadi pada mereka selama saya tidak ada di tengah mereka," katanya.
Dari kabar yang ia dengar, putranya sudah sering dibawa berobat ke orang pintar maupun dokter. Sayangnya belum ada perubahan atas kondisi anaknya.
Rasa penyesalan, bersalah dan bercampur kerinduan itu pula yang membuatnya serba salah.
Selama ini, keadaan memaksanya tak dapat kembali ke Malaysia.
Namanya sudah masuk dalam daftar hitam Imigresen Malaysia sehingga ia hanya berharap mendapatkan kabar baik bagi anak dan istrinya.
"Mau bagaimana lagi? Apalagi sekarang tidak ada diizinkan orang melintas karena ditutup jalurnya (lockdown). Saya hanya bisa menunggu saja, meski tak pernah berkabar, lambat laun pasti mereka tahu keberadaan dan kondisi saya," tuturnya.
Baca juga: Kisah Rohadi, Difabel Pembuat Springbed, Terdampak Pandemi dan Beralih Rakit Truk Mainan