Begitu pula dengan kambing yang anaknya bisa dijual. Telur bebek dihargai Rp 1.500 per butir, sementara anak kambing bisa terjual Rp 700.000 per ekor.
“Setahun beranak dua kali. Semua untuk makan,” katanya.
Semua hasil itu dipakai untuk kebutuhan sehari-hari sekaligus membeli pakan bagi ternak mereka.
Sementara angsa bermanfaat untuk mengusir ular pemangsa bebek dan penghalau orang yang ingin masuk pekarangannya.
Walau terbatas, ia berusaha tidak meminta apapun pada anak-anaknya yang telah mandiri dan berkeluarga.
Karena itu, ketika ada cucu yang meminta uang jajan, ia tidak meminta pada anak-anaknya. Ia bertekad mendapatkan uang lewat menjual delapan bebek ke pasar.
“Hanya mengurangi delapan (itik) untuk cucu. Kalau Mbah buyut ada (uang), minta sangu. Saya ngelongi (mengambil bebek). (Supaya) saya punya uang. Untuk cucu wajar,” kata Mardi.
Baca juga: 21 Tahun Saya Takut Disuntik, Sekarang Memberanikan Diri Agar Tubuh Kebal Corona
Hari itu, ia memutuskan menjual delapan ekor bebek senilai Rp 400.000. Seorang pembeli, pria bertubuh besar, penampilan meyakinkan, membeli semua bebek yang ditawarkan.
Mardi sebenarnya sempat curiga pada gelagat si calon pembeli. Tapi penipu itu lebih lihai. Karena keterbatasan Mardi, ia akhirnya tetap jadi korban penipuan dengan uang palsu. Ia melapor ke petugas pasar lantas melaporkan kasus ini ke polisi. Uang palsu disita di polisi.
Mardi mengaku tidak menyesali kehilangan dagangannya. Ia ikhlas, pasrah dan tak perlu disesali.
“Barang kalau sudah tidak ada, tapi malah digetuni (disesali), malah bisa membuat sakit hati,” kata Mardi.
Berselang hampir empat bulan, kasusnya belum menunjukkan titik terang pelaku. Di tengah penantian tak pasti, sumbangan tiba.
Peristiwa yang menimpa Mbah Mardi ini menggugah hati seorang pejabat di lingkungan istana. Ia secara pribadi mengirimkan sumbangan pada Mardi melalui seorang warga di Kulon Progo, Sabtu (14/8/2021).
Tidak seperti sejumlah politisi, pejabat, hingga selebriti, yang mana saat menyumbang kental nuansa pencitraan belakangan ini.
Kali ini berbeda. Penyumbang Mbah Mardi tidak bersedia disebut namanya. Ia memberi atas dasar prihatin dan belas kasih.