Tak hanya itu, pemerintah desa juga menghadapi serangan hoaks tentang vaksin Covid-19. Serangan itu direspon dengan komunikasi dan sikap telaten terhadap masyarakat.
Masyarakat terus didekati dengan informasi yang benar. Bahwa vaksin untuk membentuk herd immunity, dan melawan virus corona ketika masuk ke dalam tubuh.
“Dengan pendekatan terus menerus, telaten, seluruh warga akhirnya tergerak tanpa paksaan untuk divaksin. Tingkat kesadaran warga tentang kesehatan di masa pandemi juga cukup tinggi. Karena dampak dari pandemi ini sangat terasa,” jelas Sri.
Baca juga: Dari Flores untuk Indonesia, Festival Pulau Bernyanyi Digelar Virtual, Diikuti 100-an Penyanyi
Selama pandemi, penduduk Ngadisari yang tak sedikit mencari penghidupan dari sektor pariwisata, merasakan dampaknya. Kunjungan wisatawan turun drastis sejak ada pembatasan sosial.
Masyarakat Ngadisari pun sadar, bahwa mereka berisiko tinggi terpapar wabah karena desanya didatangi wisatawan yang hendak ke Bromo.
Sri berharap, masyarakat sehat semua, tidak terpapar corona usai divaksin. Ekonomi dan wisatanya bisa dibuka kembali, karena banyak warga Ngadisari berprofesi sebagai sopir jip dan pelaku wisata. Warga Desa Ngadisari dan wisatawan bisa saling menjaga, karena sama-sama divaksin.
“Terima kasih kepada masyarakat Ngadisari. Masyarakat mau divaksin bukan paksaan, melainkan karena kesadaran dan minat sendiri. Yang jelas seluruh warga Ngadisari yang bisa divaksin, telah tervaksin 100 persen. Ada sebagian kecil yang akan disuntik dosis II pada Senin (16/8/2021),” jelas Sri.
Pengaruh tokoh sesepuh
Sri menyebut kesuksesan vaksinasi itu juga tak lepas dari tokoh masyarakat.
Supoyo selaku sesepuh dan tokoh Tengger, turut membantu dengan memberikan motivasi dan pemahaman kepada kepada warga terkait vaksinasi.
"Kami juga memberikan sosialisasi dalam setiap rapat RT maupun dusun. Mulai dari RT 1 hingga RT 21 kami sampaikan sosialisasi itu secara bertahap. Karena menurut saya, inti dari kesuksesan suatu pihak dalam memberikan sosialisasi adalah bagaimana mereka melakukan pendekatan dan berkomunikasi dengan warga," ujar Supoyo, kepada KOMPAS.com.
Supoyo yang merupakan mantan Kades Ngadisari menjelaskan, masyarakat Ngadisari dan suku Tengger, menghormati tokoh Tengger. Sehingga saat dibujuk untuk ikut vaksinasi Covid-19 yang diprogramkan pemerintah, mereka nurut.
Dia terlibat dalam upaya penerapan PPKM dan memahamkan vaksinasi, yang selama ini masyarakat cenderung takut divaksin.
Dalam rapat-rapat, tokoh Tengger ikut memberikan penekanan dan pemahaman yang intinya mendukung kebijakan pemerintah, dan membantu sosialisasi satgas desa.
“Sepanjang kita telaten, saya rasa tak ada hambatan apa-apa. Intinya komunikasi yang butuh ketelatenan. Kalau melihat karakter Suku Tengger, saya kira sepanjang pendekatannya mengena, tidak ada kesulitan. Intinya di komunikasi. Kalau masih ada kepercayaan masyarakat kepada tokoh, mudah. Masyarakat masih mendengarkan tokoh sesepuh Tengger. Artinya masyarakat masih mendukung. Enggak mungkin (mereka divaksin) kalau tidak mendukung,” beber Supoyo.
Baca juga: Kado HUT Ke-76 RI, 17 Tikungan Sirkuit MotoGP Mandalika Selesai Diaspal