Karena itu, ketika ada cucu yang meminta uang jajan, ia tidak meminta pada anak-anaknya. Ia bertekad mendapatkan uang lewat menjual delapan bebek ke pasar.
“Hanya mengurangi delapan (itik) untuk cucu. Kalau Mbah buyut ada (uang), minta sangu. Saya ngelongi (mengambil bebek). (Supaya) saya punya uang. Untuk cucu wajar,” kata Mardi.
Hari itu, ia memutuskan menjual delapan ekor bebek senilai Rp 400.000. Seorang pembeli, pria bertubuh besar, penampilan meyakinkan, membeli semua bebek yang ditawarkan.
Mardi sebenarnya sempat curiga pada gelagat si calon pembeli. Tapi penipu itu lebih lihai. Karena keterbatasan Mardi, ia akhirnya tetap jadi korban penipuan dengan uang palsu. Ia melapor ke petugas pasar lantas melaporkan kasus ini ke polisi. Uang palsu disita di polisi.
Mardi mengaku tidak menyesali kehilangan dagangannya. Ia ikhlas, pasrah dan tak perlu disesali.
“Barang kalau sudah tidak ada, tapi malah digetuni (disesali), malah bisa membuat sakit hati,” kata Mardi.
Baca juga: Waspada Uang Palsu, Warga Solo Diminta Tak Datangi Tempat Penukaran Uang di Pinggir Jalan
Berselang hampir empat bulan, kasusnya belum menunjukkan titik terang pelaku. Di tengah penantian tak pasti, sumbangan tiba.
Peristiwa yang menimpa Mbah Mardi ini menggugah hati seorang pejabat di lingkungan istana. Ia secara pribadi mengirimkan sumbangan pada Mardi melalui seorang warga di Kulon Progo, Sabtu (14/8/2021).
Tidak seperti sejumlah politisi, pejabat, hingga selebriti, yang mana saat menyumbang kental nuansa pencitraan belakangan ini.
Kali ini berbeda. Penyumbang Mbah Mardi tidak bersedia disebut namanya. Ia memberi atas dasar prihatin dan belas kasih.
“Hari gini masih ada orang yang tega dengan orang kecil dan tua seperti Mbah Mardi,” kata pejabat tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.