Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Im Yang Tjoe, Penulis Pertama Riwayat Bung Karno yang Nyaris Hilang dari Sejarah

Kompas.com - Diperbarui 06/06/2022, 07:45 WIB
Rachmawati

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Im Yang Tjoe, penulis asal Tegal ini nyaris pupus dari ingatan sejara manusia Indonesia.

Padahal Im Yang Tjoe atau kerap juga ditulis Im Jang Tju adalah penulis pertama riwayat Bung Karno yang berjudul Soekarno Sebagi Manusia.

Dikutip dari National Geographic Indonesia, buku tersebut diterbitkan Boekhandel “Ravena” di Solo pada 1933. Karya Im Yang Tjoe itu sekaligus menjadi penanda biografi pertama Bung Karno sebelum Indonesia lahir.

Bahkan, buku itu telah mempopulerkan nama Bung Karno jauh sebelum Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams yang diterbitkan oleh Bobbs-Merrill pada 1965.

Baca juga: Megawati Beberkan Alasan Bung Karno Tak Punya Wapres Selain Bung Hatta

Cynthia "Cindy" Adams dikenal sebagai penulis biografi dan kolumnis asal Manhattan, New York City, Amerika Serikat. Perempuan ini mewawancarai Bung Karno pada awal 1960-an saat Indonesia berusia remaja.

Buku riwayat Soekarno karya Im Yang Tjoe hadir tiga dasawarsa mendahului karya Cindy Adams.

Kendatipun demikian, tampaknya karya Im Yang Tjoe kalah sohor ketimbang karya Cindy Adams. Buku karya Im Yang Tjoe diterbitkan lagi dalam judul yang sama pada 2008, yang ditulis kembali oleh seorang jurnalis senior, Peter A. Rohi.

“Toean, apa-bila ini menusuk perasa’an toean, saja minta ma’af atas dasar bahoea ini boekoe saja toelis aken kegoena’annja rahajat jang toean tjinta, sementara ditoelisnja poen dengen hati soetji dan penoeh penghormatan.”

Im Yang Tjoe menuliskan untaian kata yang ditujukan untuk Ir. Soekarno.

Baca juga: Megawati Beberkan Alasan Bung Karno Tak Punya Wapres Selain Bung Hatta

Dikenal sebagai penulis misterius

Jalan Braga di Kota Bandung sekitar 1930-an. Tampaknya Tan Hong Boen berbincang bersama Bung Karno di Bandung. Boen pernah menjadi Pemimpin Redaksi Tropenmuseum Jalan Braga di Kota Bandung sekitar 1930-an. Tampaknya Tan Hong Boen berbincang bersama Bung Karno di Bandung. Boen pernah menjadi Pemimpin Redaksi
Im Yang Tjoe adalah gambaran sosok penulis misterius yang nyaris pupus dari ingatan sejarah manusia Indonesia.

Sosok Im Yang Tjoe terungkap setelah Myra Sidharta ahli sastra Melayu Tionghoa melakukan penelitian tentang Im Yang Tjoe.

Myra menulis artikel Tan Hong Boen, man of many faces” untuk majalah Asian Culture yang terbit di Singapura pada 1993.

Myra mengungkapkan bahwa Im Yang Tjoe adalah salah satu dari sekian nama pena milik seorang penulis asal Slawi, Kabupaten Tegal, yang bernama Tan Hong Boen.

Baca juga: Rachmawati dan Patung Pertama Bung Karno di Kota Blitar

Dia adalah anak dari keluarga Tan Boeng Keng di Slawi. Lahir pada Senin, 27 Februari 1905 dan wafat dalam usia 78 tahun pada Kamis, 15 September 1983.

Selain nama Im Yang Tjoe, Tan Hong Boen juga menggunakan nama Ki Hadjar Dharmopralojo dan Ki Hadjar Sukowijono.

Bahkan, Boen pernah memakai nama genit Madame d\'Eden Lovely.

Namun nama “Im Yang Tjoe” tampaknya menjadi nama favoritnya karena Boen memakainya sejak 1925 sampai 1950-an.

Boen memang terlahir sebagai seorang penulis.

Baca juga: Asal-usul Marhaenisme, Ideologi yang Tercetus Kala Bung Karno Bersepeda

Lukisan cat air di atas kertas berjudul Sang Penggali Pancasila karya perupa Blitar Suherman dipamerkan pada pameran Jejak Putra Sang Fajar di Perpustakaan Bung Karno, Kota Blitar 18-23 JuniKOMPAS.COM/ASIP HASANI Lukisan cat air di atas kertas berjudul Sang Penggali Pancasila karya perupa Blitar Suherman dipamerkan pada pameran Jejak Putra Sang Fajar di Perpustakaan Bung Karno, Kota Blitar 18-23 Juni
Novelnya yang pertama berjudul “Soepardi dan Soendari” (Berpisa Pada Waktoe Hidoep, Berkoempoel Pada Waktoe Mati), terbit dalam majalah Penghidoepan di Surabaya pada 1925.

Inilah pertama kali Boen menggunakan nama samaran "Im Yang Tjoe", saat ia berusia 20 tahun.

Sebagian karyanya yang lain seperti Oh Harta yang terbit pada 1928. Karya Itoe Bidadari dari Rawa Pening dan Koepoe-Koepoe di Dalam Halimoen, keduanya pada 1929 dan Soerat Resia di Tangkoe-ban-praoe pada 1930.

Baca juga: Cerita Mistis Sekitar Bung Karno

Selanjutnya, Ketesan Aer Mata di Padang-lalang pada 1930, Gelap Goelita Lantaran Sajapanja Kampret dari Yomani pada 1931.

Kemudian pada 1933, Boen menelorkan dua novel lainnya, Angin Pagoenoengan dan Koemandangnja Soemoer Djalatoenda.

Karya-karya itu terbit di berbagai kota di Jawa. Setelah Indonesia merdeka, Boen juga menulis banyak cerita berlatar legenda rakyat, sejarah nusantara, dan tokoh pewayangan.

Baca juga: Buka Pameran Lukisan Pancasila dan Bung Karno, Ini Harapan Wawali Surabaya Armuji pada Pemuda

Dirikan majalah sastra

Kantor Pos dan Telegraf di Tegal, sekitar 1926. Tan Hong Boen, penulis dan jurnalis kelahiran Slawi, Kabupaten Tegal, pada 1905. Ayahnya bernama Tan Boeng Keng.Delft University of Technology/colonialarchitecture.eu Kantor Pos dan Telegraf di Tegal, sekitar 1926. Tan Hong Boen, penulis dan jurnalis kelahiran Slawi, Kabupaten Tegal, pada 1905. Ayahnya bernama Tan Boeng Keng.
Kematangannya sebagai jurnalis dan editor berawal di Semarang. Pada tahun 1929, Boen mendirikan majalah sastra Boelan Poernama yang terbit setiap hari ke-15 dalam kalender Cina.

Di Bandung sekitar 1930-32, Boen menjadi Pemimpin Redaksi Soemanget. Dia juga pernah menjabat sebagai pimpinan Biographical Publishing Centre di Solo, yang menerbitkan salah satu bukunya berjudul Orang Tionghoa Jang Terkemoeka di Java pada 1935.

Selama menjadi jurnalis surat kabar Soemanget, Boen pernah bertemu dengan Soekarno di Bandung.

Baca juga: Menilik Patung Bung Karno Menunggang Kuda dan Mitos Jumlah Kaki Terangkat...

Barangkali pertemuan dan wawancara itu terjadi selepas Bung Karno menjalani hukumannya di penjara Sukamiskin, sekitar 1932 atau 1933.

Dalam buku Soekarno Sebagi Manoesia, Boen mengungkapkan sosok Soekarno sebagai manusia biasa.

Ketika menulis pun Boen tidak pernah membayangkan Soekarno kelak menjadi presiden pertama Republik ini.

Dalam wawancaranya dengan Boen, Soekarno mengakui bahwa ketika kecil dia merupakan sosok yang bebal dan murid yang bodoh karena tidak pernah menghafalkan pelajaran dengan baik.

Baca juga: Memotret Sisi Hidup Bung Karno yang Tak Tercatat Sejarah, 29 Perupa Cat Air Pamerkan 31 Karya

Tangkapan layar foto patung Soekarno menunggang kuda yang ada di Kementerian PertahananInstagram @kemhanri Tangkapan layar foto patung Soekarno menunggang kuda yang ada di Kementerian Pertahanan
Namun, Soekarno juga menyatakan kepada Boen perihal kearifan terhadap sesama ciptaan Tuhan. Boen juga menulis jika Soekarno tidak pernah membinasakan nyamuk, karena makhluk itu memang telah diciptakan untuk menghisap darah manusia.

Untuk pertama kalinya, rekaman perjalanan asmara orang tua Soekarno yang bersemi di Bali dikisahkan dalam buku biografinya

Untuk pertama kalinya pula, Soekarno mengungkapkan perbedaan pendapatnya dengan Tjokroaminoto, mertuanya sendiri. Dan, perbedaan pendapat dengan Tjokroaminoto itulah yang memicu perceriannya dengan Siti Oetari.

Kisah Soekarno dalam biografi pertamanya ini berakhir dengan adegan sambutan warga Bandung ketika Soekarno bebas dari penjara Sukamiskin—simbol pembebasan menuju kemerdekaan.

Baca juga: Pakai Baret POM AD, Rachmawati Ziarah ke Makam Bung Karno dengan Upacara Kemiliteran

Meracik multivitamin

Pada awal 1950-an, Boen yang menekuni pengobatan tradisional meracik multivitamin penambah stamina berlabel “Pil Kita”.

Hingga kini warung-warung pinggiran di Jawa masih menjual pil berbungkus warna merah yang kerap ditenggak oleh para pekerja bangunan, penjaga malam, hingga sopir bis itu.

Bagaimana sosok Soekarno dimata Tan Hong Boen?

Boen sengaja menyisipkan sebuah perumpamaan tentang sosok Soekarno yang kelak bertubi-tubi ditempa rintangan dalam perjuangannya, "Tjoema batoe koemala sadja jang digosok bisa gilang goemilang."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Regional
Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Regional
Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Regional
Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Regional
Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com