Dalam wawancaranya dengan Boen, Soekarno mengakui bahwa ketika kecil dia merupakan sosok yang bebal dan murid yang bodoh karena tidak pernah menghafalkan pelajaran dengan baik.
Baca juga: Memotret Sisi Hidup Bung Karno yang Tak Tercatat Sejarah, 29 Perupa Cat Air Pamerkan 31 Karya
Namun, Soekarno juga menyatakan kepada Boen perihal kearifan terhadap sesama ciptaan Tuhan. Boen juga menulis jika Soekarno tidak pernah membinasakan nyamuk, karena makhluk itu memang telah diciptakan untuk menghisap darah manusia.
Untuk pertama kalinya, rekaman perjalanan asmara orang tua Soekarno yang bersemi di Bali dikisahkan dalam buku biografinya
Untuk pertama kalinya pula, Soekarno mengungkapkan perbedaan pendapatnya dengan Tjokroaminoto, mertuanya sendiri. Dan, perbedaan pendapat dengan Tjokroaminoto itulah yang memicu perceriannya dengan Siti Oetari.
Kisah Soekarno dalam biografi pertamanya ini berakhir dengan adegan sambutan warga Bandung ketika Soekarno bebas dari penjara Sukamiskin—simbol pembebasan menuju kemerdekaan.
Baca juga: Pakai Baret POM AD, Rachmawati Ziarah ke Makam Bung Karno dengan Upacara Kemiliteran
Pada awal 1950-an, Boen yang menekuni pengobatan tradisional meracik multivitamin penambah stamina berlabel “Pil Kita”.
Hingga kini warung-warung pinggiran di Jawa masih menjual pil berbungkus warna merah yang kerap ditenggak oleh para pekerja bangunan, penjaga malam, hingga sopir bis itu.
Bagaimana sosok Soekarno dimata Tan Hong Boen?
Boen sengaja menyisipkan sebuah perumpamaan tentang sosok Soekarno yang kelak bertubi-tubi ditempa rintangan dalam perjuangannya, "Tjoema batoe koemala sadja jang digosok bisa gilang goemilang."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.