Malte Stockhof mengatakan sejumlah keturunan Bawean di Vietnam berupaya untuk pulang, tetapi terkendala dokumen dan terputusnya kontak dengan keluarga di kampung halaman.
Baca juga: Covid-19 Menyebar di Pulau Bawean, Berawal dari Pemudik yang Pulang Saat Lebaran
"Sebagian besar dari mereka tidak memiliki dokumen dan tidak bisa pulang ke Indonesia. Yang berhasil mengontak kerabatnya dapat pulang ke Bawean, tetapi jumlahnya sangat sedikit karena alat komunikasi yang sangat terbatas pada masa itu," jelas Stockhof.
Stockhof mengatakan bagi orang-orang Bawean yang memiliki dokumen yang dikeluarkan pemerintah kolonial Perancis pun mengalami kesulitan.
"Dalam dokumen itu mereka disebut sebagai etnis Melayu. Lalu kantor Kementerian Luar Negeri Vietnam mengatakan mereka itu Ma\'alay yang artinya warga Malaysia. Selanjutnya mereka pun mendatangi perwakilan pemerintah Malaysia, tetapi ditolak karena mereka juga bukan warga negara di sana," jelas Stockhof.
Baca juga: Bingkai Magis Danau Kastoba di Pusat Pulau Bawean
Akhirnya mereka pun kembali ke kantor Kementerian Luar Negeri Vietnam dan akhirnya ditawarkan untuk menjadi warga negara Vietnam.
Akan tetapi masalah kembali muncul ketika akan mencantumkan etnisitas.
"Ketika mereka sebut berasal dari suku Bawean, tidak dikenal di Vietnam lalu ditawarkan dicantumkan sebagai etnis Cham karena sama-sama Muslim. Tetapi karena bukan orang Cham maka mereka pun menolak, akhirnya setelah pembahasan yang panjang dalam kolom suku di kartu identitas orang Bawean disebut Indonesia, padahal kan itu bukan suku tapi nama negara asal," kata Stockhof.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.