Ada yang merantau ada juga yang bekerja untuk pemerintah kolonial Perancis yang berkuasa di Vietnam.
Sebagian besar tak dapat pulang ke kampung halaman karena tidak memiliki dokumen kewarganegaraan dan tak lagi memiliki hubungan dengan kerabat di Pulau Bawean, Jawa Timur.
Dikutip dari nationalgeographic.grid.id, warga Vietnam keturunan Indonesia dikenal sebagai orang Bawean atau Boyan. Sebagian besar tinggal di sekitar Masjid Al Rahim di Distrik 1 Ho Chi Minh.
Baca juga: Hujan 3 Jam Lebih, Jembatan Ambruk hingga Tebing Longsor Landa Pulau Bawean
Salah satunya keturunan Bawean adalah pemimpin Masjid Al Rahim, Imam Haji Ally (86 tahun).
Ia mengikuti kedua orang tuanya ke Ho Chi Minh pada penjajahan Belanda, ketika baru menginjak usia 11 tahun.
Haji Ally mengatakan ayahnya bekerja untuk pemerintah kolonial sebagai teknisi mesin.
"Ayah saya dulu kerja di bagian teknik pada masa penjajahan. Saya tak ingat betul berapa orang yang ikut dari Indonesia," jelas Ally dalam bahasa Melayu.
Baca juga: Tug Boat Tenggelam di Perairan Pulau Bawean, 3 ABK Hilang
Tak ada catatan pasti kapan orang Bawean tiba di Vietam. Namun salah satu masjid tertua di Vietnam itu dibangun pada 1885.
Pakar studi Vietnam, Malte Stockhof menjelaskan orang Bawean meninggalkan kampung halamannya dengan berbagai alasan.
"Menurut cerita mereka, keberadaan mereka di Vietnam itu karena beberapa alasan. Yang utama ialah untuk menghindari pemerintah kolonial Belanda yang represif, menjalankan tradisi merantau dan dalam perjalanan pergi haji, mereka kemudian singgah di Singapura bekerja untuk menambah ongkos ke tanah suci Mekkah, " jelas Stockhof.
Para perantau dari Bawean kemudian ada yang memilih tinggal di Singapura dan ada juga yang melanjutkan perjalanan ke Mekkah.
Stockhof mengatakan orang-orang Bawean yang menempuh perjalanan melalui Sungai Mekong bekerja dengan para pedagang dari Tiongkok dan kemudian mencari pekerjaan ketika tiba di Saigon (Ho Chi Minh).
Baca juga: Tahu Positif Covid-19, Pria di Pulau Bawean Naik Motor ke Rumah Sakit
Masalah kewarganegaraan ini muncul setelah Vietnam Selatan yang didukung Amerika Serikat dikalahkan oleh Vietnam Utara pada 1975.
Perubahan situasi politik dan keamanan di Vietnam membuat keturunan Bawean di Ho Chi Minh merasa khawatir. Apalagi banyak juga dari mereka yang bekerja dengan AS.