BANDUNG, KOMPAS.com - Aji (45 tahun) tampak sibuk. Sambil duduk di kursinya ia menginstruksikan pekerjanya untuk memindahkan barang.
Di bagian lain, para pekerja membereskan barang untuk diangkat ke berbagai daerah. Mulai dari Sumatera, Jawa, hingga daerah lainnya.
Ada pula yang merapikan mesin, ataupun membersihkan sisa-sisa bendera yang tidak terjual. Semua dirapikan agar rumah konveksi ini terlihat bersih.
Baca juga: Mengintip Kesibukan Paskibra Kota Bandung Jelang Pengibaran Bendera 17 Agustus
Bagi Aji, awal Agustus adalah saat-saat tersibuk bagi dirinya, 30 pekerjanya, dan kampung bendera di Leles, Kabupaten Garut.
Sebagai orang yang memproduksi bendera merah putih, bulan Agustus adalah saatnya panen. Walaupun penjualan tahun ini tidak sebanyak kondisi normal.
"Tahun ini saya hanya menjual 75 persennya dari kondisi normal (2019), tapi alhamdulilah, sudah laku pun bersyukur," ujar Aji kepada Kompas.com, Rabu (11/8/2021).
Baca juga: Sempat Terlihat di Dreamland, Seorang Perempuan Hilang di Gunung Kareumbi Bandung
Aji mengaku sempat waswas saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diberlakukan Juli lalu. Karena selama Juli tidak ada pembelian secara offline.
Baru 1 Agustus 2021, pembelian mulai berdatangan. Paling banyak dari daerah Sumatera Selatan seperti Palembang dengan nilai miliaran.
Sisanya dikirim ke berbagai daerah di Indonesia. Namun ada beberapa daerah yang pembeliannya menurun drastis. Seperti Jakarta dan Bandung.
"Jakarta penurunan penjualannya sampai 70 persen, Bandung 60 persen turun. Mungkin karena kantor banyak yang tutup," ungkap dia.
Penjualan tertingginya tahun ini ada tanggal 1-5 Agustus 2021. Setelah itu jualan agak landai dan berhenti pada 11 Agustus 2021 karena barang habis.
Aji mengungkapkan, sama seperti tahun sebelumnya, ada 20 jenis bendera yang dijual. Seperti bendera biasa, bandir atau umbul-umbul, hingga background.
Harganya beragam, tergantung dari jenis bahan, desain, dan ukuran. Secara keseluruhan ia jual pada harga Rp 4.000-100.000.
Besaran harga jual tersebut masih sama dengan tahun sebelumnya. Itu tidak sebanding dengan harga bahan baku yang naik.
Seperti naiknya harga satu gulung kain dari Rp 600.000 menjadi Rp 640.000.
"Saat seperti ini nggak mungkin naikin harga. Jadi walau bahan baku naik, harga jual bendera tetap sama. Saya ambil margin tipis," ucap dia.