BANYUWANGI, KOMPAS.com - Budidaya buah naga di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, banyak tersebar di lahan dan tepian jalan desa.
Seperti yang tampak di Dusun Tambakrejo, Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi.
Hampir di setiap pekarangan rumah warga, tepi jalan, dan kebun ditanami buah naga.
Karena banyaknya buah naga, desa ini kini dikenal sebagai kampung naga.
Desa ini juga menjadi salah satu yang pertama mulai mengembangkan pertanian buah naga di Bumi Blambangan.
Baca juga: Tetap Untung Kala Pandemi, Petani Buah Naga Raup Belasan Juta Rupiah Tiap Pekan
Menariknya, ketika malam tiba, kerlip lampu cahaya tampak menerangi kebun buah naga di desa ini.
Cahaya itu berasal dari lampu-lampu Light Emitting Diode (LED) yang dipasang di atas pohon buah naga.
Cahaya dari lampu itu membantu buah naga berbunga dan berbuah di luar musimnya.
Lantas, bagaimana cerita di balik cahaya di kebun buah naga ini bermula?
Banyak cerita sukses petani buah naga di Banyuwangi. Sekali panen, penghasilan ratusan juta bukan hal yang biasa.
Meski demikian, pertanian buah naga bukan tanpa hambatan. Petani buah naga juga mengalami pasang surut dalam menjalankan usahanya.
Buah naga mulai ditanam di Banyuwangi sejak 2009-2010 silam.
Baca juga: Kisah Budi Pego: Bertani Buah Naga Sembari Lancarkan Penolakan Tambang Emas
Saat itu, pertanian buah naga baru dilakukan sejumlah kelompok tani. Mereka mendatangkan bibit buah naga dari Batam, Kepulauan Riau, seharga Rp 8.000 tiap batang.
Buah naga ditanam dan dibesarkan hingga mampu berbuah. Namun para petani ini menemui kesulitan untuk menjualnya.
Saat itu, warga di Banyuwangi belum familier dengan jenis buah ini.
"Dulu, untuk menjual satu kuintal dalam sehari tidak habis. Sekarang meski pandemi 10 ton sehari langsung habis," kata Edi Purwoko (41), petani buah naga asal Dusun Tambakrejo kepada Kompas.com, Selasa (27/7/2021).