"Dua hari Desta mengalami sakit kepala dan mual. Pelatih sudah menyuruhnya untuk istirahat. Tekadnya kuat, usai istirahat sebentar kembali lagi latihan," kata Devi.
Latihan di tengah pandemi, sambung Devi semua peserta harus mengenakan masker. Namun dirinya meyakini, hal itu tidak mengganggu sirkulasi pernapasan para Paskibraka.
Pada saat pandemi, latihan sedikit lebih ringan. Latihan dimulai pukul 07.00-10.00 WIB. Kemudian disambung sore, mulai pukul 14.00-17.00 WIB.
Dengan toleransi waktu berkurangan hingga satu jam lebih, akan membuat tingkat kelelahan peserta Paskibraka berkurang.
Semua peserta mendapatkan fasilitas tidur di hotel bintang. Satu peserta satu kamar dan menerima sarapan, kudapan, makan siang, dan malam.
Kesehatan Paskibraka amat dijaga dan senantiasa diberi vitamin, termasyk Desta.
Namun, Devi juga heran, kesehatan Desta memburuk.
Devi memastikan Desta tidak memiliki penyakit bawaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan surat kesehatan dari dokter yang menjadi syarat masuk Paskibraka.
Penghargaan
Devi menegaskan, meskipun Desta belum bertugas, tetapi pemerintah tetap mengikutkan nama Desta dalam pengukuhan dan mendapatkan sertifikat.
"Desta tetap mendapatkan hak, sebagaimana anggota Paskibraka yang lain, setelah bertugas," ujar Devi.
Pemerintah Kerinci juga sudah menyalurkan santunan dan bantuan sembako kepada orangtua Desta.
Pelatih Paskibraka Jambi Diki mengatakan, Desta anak yang cerdas dan memiliki semangat juang yang tinggi. Selama latihan, jarang sekali melakukan kesalahan.
"Saat sakit juga, dia tetap latihan meskipun sudah ditegur agar beristirahat," ucap Diki.
Sejumlah kerabat dan teman dekat juga amat merasa kehilangan atas meninggalnya Desta.