"Dia (Berlage) memberikan inspirasi pada arsitek besar dunia lainnya, namanya Mies van der Rohe. Jadi Mies van der Rohe melihat gedung (Beurs van Berlage) itu waktu diajak bapaknya pergi ke Amsterdam. Dia terpukau bahwa ada sebuah arsitektur yang disusun dari batu bata," kata Eryudhawan.
Baca juga: Asal-usul Nanggala, Pusaka Milik Tokoh Wayang Baladewa yang Dijadikan Nama Kapal Selam Indonesia
Salah satu ciri khas dari Gedung Algemeene adalah dua patung singa bersayap yang ada did epan.
Menurut Yudha, desain dua patung singa bersayap itu yang menbuat bangunan tersebut dikenal sebagai gedung singa. Dua patung singa tersebut dipengaruhi dengan kemunculan penemuan arkeologi di Mesir saat bangunan tersebut dibangun.
"Karena temuan hasil eksplorasi-eksplorasi Eropa ke Mesir itu kemudian menimbulkan eksotisme baru di Eropa. Bukan cuma dari sisi pengetahuan, tapi juga kebudayaan Mesir kuno itu muncul di museum-museum di Eropa," kata pria yang akrab dipanggil Yudha itu.
Baca juga: Asal-usul Jepara, dari Ratu Kalinyamat hingga Tempat Lahirnya Kartini
Menurutnya Gedung Algemeene menampilkan gaya arsitektur Art Nouveau yang khas dan mewakili gaya arsitektur pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
"Dengan ruang terbatas dia (Berlage) mampu menciptakan ruangan yang monumental," kata Yudha. "Floor to ceiling-nya (jarak lantai ke atapnya) kan tinggi di lantai pertama."
Selain itu, Berlage juga meninggalkan jejak khasnya dengan memanfaatkan batu bata merah untuk menyusun gedung tersebut, termasuk pada semua arch atau bagian lengkungannya.
Yudha berkata, "Dia masih pakai struktur bata. Makanya semua bukaan-bukaan besarnya itu pakai pelengkung, ya."
Baca juga: Asal-usul Kupang, Diambil dari Nama Raja Nai Kopan, Diperebutkan Belanda dan Portugis
Mosaik tersebut adalah karya Jan Toroop seorang pelukis bergaya pointillisme, simbolisme, dan art-nouveau. Dia berdarah Jawa-Belanda yang lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 20 Desember 1858.
Ayahnya seorang Jawa-Belanda yang menikahi perempuan berdarah Inggris. Seniman yang religius ini wafat pada 3 Maret 1928 di Den Haag, Belanda.
Baca juga: Asal-usul Kupang, Diambil dari Nama Raja Nai Kopan, Diperebutkan Belanda dan Portugis
"Ada karya-karyanya Jan Toroop. Jan Toroop itu seniman kelahiran Purworejo. Jan Toroop juga terkenal. Disebut sebagai salah satu seniman modernis awal yang memberikan kontribusi pada dunia seni rupa di Eropa, tapi dia orang Belanda kelahiran Purworejo," beber Yudha.
Di mosaik tersebut ada angka “1880” yang diapit jam pasir yang menunjukkan tahun pendirian perusahaan tersebut yang beroperasi pada 1 Januari 1880 di Amsterdam, Belanda.
Sedangkan, “Rozenburg” dalam mosaik itu merupakan pabrik porselen di Den Haag yang mengolah desain karya sang seniman.
Baca juga: Asal-usul Jayapura, Dulu Diberi Nama Nova Guinea oleh Pelaut yang Singgah di Tahun 1545
"Di sebelah kiri-kanan pintunya terdapat dua patung singa bersayap hasil karya pematung Belanda Joseph Mendes da Costa, yang memperlihatkan bahwa uang dari pelanggannya dijaga dengan aman," ungkap Olivier.
"Di atas pintu dipasang lukisan keramik hasil karya pelukis Jan Toorop dengan gambaran alegoris yang memuliahkan misi perusahaannya."
Baca juga: Mencicipi Nasi Buk, Kuliner Khas Madura yang Berkembang di Kota Malang
Olivier menambahkan bahwa sang arsitek Hendrik Petrus Berlage membuat rancangan tanpa melihat lokasi dengan mata kepalanya sendiri.
"Karena baru pada 1923 ia mengunjungi Hindia Belanda untuk pertama kalinya."
Berlage menerima pesanan untuk merancang kantor ini karena sebelumnya sudah mendesain bangunan lain untuk perusahaan Algemeene di Belanda.
Kantor Algemeene di Surabaya mengikuti konsep tradisional khas Belanda yakni sederet bangunan yang menghadap ke kanal, dengan fasad indah yang representatif untuk status pemiliknya.