Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Satya Sopir Antar Jemput Pasien Covid-19 di Yogya, Pakai Mobil Pribadi, Rela Tak Dibayar

Kompas.com - 10/08/2021, 16:04 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

“APD itukan alat pelindung diri karena banyak yang mengira bahwa APD itu baju hazmat. Saya pakai masker dobel 4, kacamata anti debu dan bakteri, dan mobil ada sekatnya jadi terpisah,” jelas dia.

Baca juga: Kisah Arif Setiawan, Polisi yang Bantu Pedagang Lansia Jual Koran dan Tisu

Setelah mengantar pasien ke rumah sakit ia langsung melakukan dekontaminasi ke seluruh mobil dengan cara menyemprot desinfektan di kabin mobil dan membuka pintu dan jendela selama 30 menit agar ada sirkulasi udara yang masuk ke mobil pribadinya.

“Setelah saya mengantar biasanya saya langsung cari tempat yang agak  longgar di seputaran rumah sakit, lalu saya semprot desinfektan dan tunggu 30 menit saya buka semuanya baru saya berani jalan lagi,” jelas Satya.

Keputusan Satya menjadi pengemudi antar jemput pasien Covid-19 ini awalnya mendapatkan pertentangan dari keluarganya. Namun, setelah diberikan penjelasan akhirnya keluarga dapat memahaminya.

Kini Satya sudah menjalani profesi barunya sebagai sopir khusus membawa pasien ini sudah 6 bulan, berbagai pengalaman telah ia alami dari yang ringan hingga berat.

Satya menceritakan, pukul 04.00 WIB ia harus membawa pasien Covid-19 dengan komorbid yang berat.

Ia harus berpacu dengan waktu agar sampai ke rumah pasien dengan secepat mungkin mengingat jarak tergolong jauh.

Satya yang bertempat tinggal di Sewon Bantul harus menjemput pasien yang berada di Kulon Progo dengan jarak 38 kilometer sekali berangkat.

“Jam 4 pagi dia telepon padahal perjalanan saya butuh satu jam sedangkan rumah pasien ke rumah sakit itu hanya menempuh 10 menit. Kondisi pasien sangat memprihatinkan, karena ada asam lambung sama batu ginjal, jadi gak bisa gerak dan harus dibopong keluarga,” ungkapnya.

Tak hanya itu, Satya dua hari lalu mengantarkan 7 orang pasien dalam satu hari dan jumlah itu menjadi yang terbanyak selama 6 bulan menjadi pengemudi antar jemput pasien corona.

Setelah mengantar 7 pasien ia mendapatkan telepon kembali untuk mengantar namun, ia harus menolak karena waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

“Ada telpon lagi masuk tetapi saya tolak sudah jam 2 pagi, saya sudah tidak kuat untuk mengantar. Tetapi kalau rata-rata 2-4 pasien,” katanya.

Dalam mengantar pasien ini Satya tidak mematok bayaran, ia dibayar seikhlasnya dan semampu pengguna jasanya.

Bahkan beberapa kali ia tidak dibayar oleh pasien yang membutuhkan jasanya.

“Ada yang memberi banyak ada yang tidak. Ini kan seperti subsidi silang,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com