"Untuk wilayah yang tertutup awan, maka hotspot tidak dapat terdeteksi," kata dia.
Dia menuturkan, kekeringan dan embusan angin yang kencang juga menjadi penyebab tidak langsung dalam sebaran suatu titik panas tersebut.
Citra satelit tersebut lanjut Agus, hanya menilai anomali reflekstifitas dan suhu sekitar yang diinterpretasikan sebagai titik panas (hotspot).
"Sementara untuk penyebab adanya anomali tersebut tidak dapat kami pastikan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.