Seturut dengan Ayi, Fuji juga meminta agar pemkot memberi perhatian lebih atas pasien isoman. Perangkat Satgas Covid-19 hingga level RT mestinya lebih aktif.
“Ketika ada warganya isoman, RT mendata, memberi bantuan informasi dan lain-lain. Ini enggak ada sama sekali. Kita yang isoman malah jalan sendiri cari kebutuhan obat, oksigen, dan susah lagi dapatnya,” tutur Fuji.
Fuji mengungkapkan, banyak anggota keluarga di sekitar kediamannya merawat pasien Covid-19 isoman. Mestinya anggota keluarga ini ikutserta isoman karena kontak erat dengan pasien Covid-19.
“Tapi, tak ada bantuan dari tim Satgas, akhirnya mereka keluar sendiri, cari obat, cari makanan, cari oksigen. Karena enggak ada orang yang mau bantu,” jelas dia.
Berkaca dari pengalamannya, Fuji menilai tim Satgas yang dibentuk hingga level kecamatan, kelurahan, hingga RT tak berfungsi sama sekali.
Sebab, kata Fuji, selain keluarganya, beberapa tetangga rumahnya yang merawat pasien isoman tak pernah mendapat kunjungan atau pun konsultasi perihal kesehatan pasien isoman dari tim Satgas Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda Ismed Kosasih belum bisa dikonfirmasi. Pesan singkat dan panggilan telepon tak direspons.
Ketua Pelaksana Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Satgas Covid-19 Kaltim HM Jauhar Efendi mengakui kelangkaan itu.
Dia menyebutkan, pekan lalu Kaltim sempat mengalami defisit oksigen berkisar 12 sampai 15 ton per harinya.
Hal itu dipicu PT Surya Biru Murni (SBM) sebagai salah satu pemasok oksigen yang berlokasi di Balikpapan mengalami kerusakan pada bagian mesin produksi.
Akibatnya, kapasitas produksi menurun dari 10 ton turun per hari menjadi 5 ton.
Hal itu membuat pasokan ke sejumlah agen yang tersebar di beberapa kota di Kaltim, termasuk Samarinda sempat mengalami kekosongan.
“Tapi, sudah diperbaiki beberapa hari lalu, saya cek sudah kembali normal. Mesinnya sekarang sudah aman. Pasokan oksigen kita sekarang sudah stabil,” terang dia.
Selain PT SBM, kata Jauhar, perusahaan pemasok lain seperti PT Samator Kaltim yang ada di Kutai Kartanegara dan Bontang dengan kemampuan produksi 40,3 ton per hari juga memasok ke sejumlah rumah sakit.
“Tapi, lebih banyak yang (oksigen) likuid. Kendalanya banyak rumah sakit enggak punya fasilitas penampung liquid ini,” kata dia.
“Tapi, secara keseluruhan aman. Katakankanlah kalau kekurangan tidak banyak," jelas dia.
(Kontributor Samarinda, Zakarias Demon Daton)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.