Khusus untuk hasil tracing di lingkungan kampus, rumah sakit hingga puskesmas, Dedi memastikan semuanya gratis.
Hanya saja, pegawainya harus bekerja lebih karena keterbatasan SDM.
"Kita gratiskan semua hasil tracing yang direkomendasikan Satgas Fakultas. Untuk SDM, memang salah satu kendala yang kita alami. Jadi, sekarang petugas lab kita, pagi ngambil swab dan siang berganti peran jadi ekstraksi. Kalau di tempat lain lain itu yang ambil swab dan ekstraksi itu beda. Mengabdi tanpa batas," tutur Dedi.
Kepala Laboratorium Lontar Fakultas Kedokteran UR, Dr dr Maya Savira menilai, keberadaan laboratorium Lontar sebagai kontribusi kampus dalam penanganan Covid-19.
"Bisa dikatakan ini sumbangsih kami dari Universitas Riau terhadap penanggulangan pandemi di Riau. Ini adalah panggilan jiwa, karena kami ingin berkontribusi dalam penanganan Covid-19," kata Maya.
Dalam perkembangannya, lanjut dia, pihak kampus diminta membantu ikut memeriksa sampel di Puskesmas dan Rumah Sakit (RS) di Kampus UR.
Tercatat dalam sehari, pemeriksaan sampel tersebut dibantu oleh 17 orang pegawai.
"Kami diminta membantu dari Puskesmas dan RS UR. Sehari itu ada 180 sampai 200 spesimen kami periksa," sebut Maya.
Selain fokus di laboratorium Lontar, tambah dia, pegawai dan penelitinya terlibat di Laboratorium Biomolekuler RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau di Pekanbaru.
Di mana saat ini ada 13 laboratorium PCR di Riau, termasuk laboratorium Lontar.
"SDM di sini sebagian ke RSUD Arifin Achmad, karena tim ahli di RSUD juga dari kita. Riau ada 13 laboratorium dan laboratorium Lontar salah satunya," kata Maya.
Dia mengatakan, jika bisanya kerja jam delapan pagi sampai jam tiga sore, sekarang bertambah sampai malam. Pasalnya, sampel Covid-19 yang masuk cukup banyak.
"Kami kerja sampai jam sembilan malam," cerita Maya.
Pihaknya mengaku, memang tidak bisa melakukan pengecekan sampel setiap hari.
"Kita enggak bisa full time seperti relawan yang direkrut. Paling kita dua kali seminggu (cek sampel Covid-19). Kalau kami kan dosen harus ngajar, harus meneliti, belum lagi administrasi yang mesti dikerjakan. Rata-rata peneliti di sini punya jabatan struktural," tutur Maya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.