Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Emas di Gunung Botak Pulau Buru

Kompas.com - 06/08/2021, 10:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah bak rendaman milik penambang ilegal di kawasan tambang emas Gunung Botak di Pulau Buru dimusnahkan oleh petugas kepolisian pada Kamis (5/8/2021).

Sepuluh bak rendaman itu diamankan saat polisi kembali menyisir lokasi sungai di jalur B, kawasan Gunung Botak, Dusun Wamsait, Desa Dava, Kecamatan Waelata.

Didatangi ribuan penambang emas ilegal

Dikutip dari BBC Indonesia, lokasi penambangan emas di Gunung Botak mulai didatangi warga sejak 2011 setelah ditemukan kandungan emas di wilayah tersebut.

Total ada kawasan seluas 250 hektar yang ditambang oleh para pendatang.

Baca juga: Musnahkan 10 Bak Rendaman Material Emas Saat Sisiri Gunung Botak, Polisi: Jangan Ada Aktivitas Ilegal

Awalnya ada sekitar 100 penambang tradisional. Lambat-lan jumlahnya berlipat-lipat hingga 6.000 orang.

Sejumlah laporan menyebutkan, penambangan di Gunung Botak berlangsung liar, tanpa izin, yang puncaknya ditandai kehadiran ribuan penambang liar dari berbagai daerah Indonesia, mulai Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Ambon.

Mereka mendirikan ratusan tenda di sekitar lokasi penambangan.

"Tanah itu merupakan tanah ulayat warga setempat, yang disebut sebagai orang gunung. Karena mereka tidak mau diatur pemerintah, sering terjadi perkelahian di atas tanah itu," kata Kahumas Polda AKBP Johanis Huwae kepada wartawan BBC Indonesia, Kamis (6/12/2012).

Baca juga: Sisir Gunung Botak, Polisi Musnahkan Puluhan Bak Rendaman dan Tenda Penambang Liar

Kepala puskesmas tinggalkan tugas demi emas

Foto Kantor Desa Kaiely, Kecamatan TelukKaiely, Kabupaten Buru, Maluku dan Puskesmas KaielyKontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty Foto Kantor Desa Kaiely, Kecamatan TelukKaiely, Kabupaten Buru, Maluku dan Puskesmas Kaiely
Salah satu penambang ilegal yang datang ke Gunung Botak adalah oknum Kepala Puskesmas di Desa Kaiely, kecamatan Teluk Kaiely, Kabupaten Buru, Muhammad Yamin Wael.

Pada 2018 diberitakan, kepala puskesmas tersebut meninggalkan tugasnya selama bertahun-tahun demi menambang emas di kawasan Gunung Botak.

“Kepala puskesmas tidak pernah lagi bertugas di puskesmas sejak beberapa tahun terakhir ini,” kata Kepala Desa Kaiely, Umar Taramun kepada wartawan di kantor Desa Kaiely, Kamis (19/4/2018).

Baca juga: Demi Emas di Gunung Botak, Kepala Puskesmas Tinggalkan Tugas Bertahun-tahun

Yamin disebutkan telah memiliki tempat pengolahan emas di kawasan tersebut.

Bak rendaman sendiri merupakan salah satu metode pengolahan emas secara ilegal dengan menggunakan zat mercuri.

Menurut warga, sejak pengolahan emas menggunakan zat mercuri, saat itulah Yamin mulai meninggalkan tugasnya dan memilih beraktivitas di Gunung Botak.

“Sudah lama sekali, sejak sistem tong dan rendaman mulai marak saat itu dia sudah mulai beraktivitas di Gunung Botak,” ujar Umar.

Baca juga: Kapolda Maluku: Kalau Mau Tergiur Suap di Gunung Botak, Kapolda Bisa Kaya

Kawasan kebun sagu yang terkena limbah merkuri di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, Rabu (28/11/2018). Penambangan emas ilegal dengan menggunakan merkuri dan sianida di kawasan itu mengakibatkan kebun sagu seluas 40 hektare mengalami kerusakan. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/kye.ANTARA FOTO/RIVAN AWAL LINGGA Kawasan kebun sagu yang terkena limbah merkuri di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, Rabu (28/11/2018). Penambangan emas ilegal dengan menggunakan merkuri dan sianida di kawasan itu mengakibatkan kebun sagu seluas 40 hektare mengalami kerusakan. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/kye.
Sementara itu konflik antar-penambang ilegal terus terjadi.

Pada tahun 2012, bentrokan terjadi antara para penambang dengan penduduk asli yang menewaskan dua orang.

Bentrokan yang terjadi pada Selasa, 4 Desember 2012 dilatari perebutan lahan penambangan antara penduduk asli dengan para penambang yang berasal dari luar Pulau Buru, seperti Jawa, Sulawesi, serta Ambon.

Konflik itu bukan yang pertama. Dengan adanya ribuan penambang, konflik fisik kerap terjadi di lokasi tambang selama kawasan tersebut didatangi oleh banyak orang.

Baca juga: Polisi Tangkap 4 Penambang Emas Liar di Gunung Botak

Sementara itu pada tahun 2014 tercatat ada 3 penambang dibunuh di Gunung Botak. Ketiganya tewas secara terpisah dalam kondisi sangat menggenaskan dengan luka bacok di sekujur tubuhnya.

Dikutip dari BBC Indonesia, cerita mengenai adanya emas di Gunung Botak menyebar dengan cepat.

Dalam waktu cepat, orang-orang dari penjuru wilayah Indonesia datang untuk mengadu nasib.

Bahkan, perusahaan dari Cina dan Korea Selatan berdatangan dan membangun tempat pengolahan dan pemurnian mineral.

Baca juga: Kapolda Maluku Ancam Pecat Polisi yang Bekingi Penambangan Liar di Gunung Botak

Areal tempat penambangan emas ilegal yang ditutup pihak keamanan setempat di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, Rabu (28/11/2018). Polres Pulau Buru menyegel sejumlah tempat penambangan ilegal yang beroperasi dengan menggunakan merkuri dan sianida di Gunung Botak.ANTARA FOTO/RIVAN AWAL LINGGA Areal tempat penambangan emas ilegal yang ditutup pihak keamanan setempat di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, Rabu (28/11/2018). Polres Pulau Buru menyegel sejumlah tempat penambangan ilegal yang beroperasi dengan menggunakan merkuri dan sianida di Gunung Botak.
Masyarakat Pulau Buru dari berbagai lapisan beralih profesi menjadi penambang emas - bahkan para guru.

Bahkan sempat terjadi kekurangan tenaga pengajar di Buru karena banyak guru yang meninggalkan murid-murid mereka demi segenggam emas.

Pada bulan November 2014, aparat keamanan dan pemerintah setempat turun tangan. Penambangan di tambang ilegal di Gunung Botak dilarang.

Tapi larangan itu diabaikan dan penggalian terus berlanjut. Dan nyaris tak ada tindakan.

Baca juga: 2 Penambang Ilegal Tewas Tertimbun di Gunung Botak

Menurut Ketua Lembaga Kalesang Lingkungan Maluku, Costansius Kolatfeka pada tahun 2015 lalu, penutupan lokasi tambang emas tersebut sudah dilakukan lebih dari 25 kali. Namun, setelah penertiban, aktivitas kembali berulang.

”Mau jadi apa kalau perintah Bapak Presiden saja tidak dituruti oleh orang-orang di daerah. Presiden adalah simbol negara dan semua yang ada di bawahnya harus tunduk,” katanya.

Dugaan kandungan mercuri yang tinggi

Personel kepolisian dan TNI berjaga di tempat penambangan emas ilegal yang ditutup di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, Rabu (28/11/2018). Polres Pulau Buru menyegel sejumlah tempat penambangan ilegal yang beroperasi dengan menggunakan merkuri dan sianida di Gunung Botak.ANTARA FOTO/RIVAN AWAL LINGGA Personel kepolisian dan TNI berjaga di tempat penambangan emas ilegal yang ditutup di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, Rabu (28/11/2018). Polres Pulau Buru menyegel sejumlah tempat penambangan ilegal yang beroperasi dengan menggunakan merkuri dan sianida di Gunung Botak.
Sementara itu Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nilanto Perbowo pada 2015 lalu mengatakan pihaknya masih akan mengecek indikasi kandungan merkuri dalam ikan sebagai dampak aktivitas penambangan ilegal di Gunung Botak.

Beberapa komoditas perikanan yang rentan terdampak merkuri adalah kerang dan kepiting. Kedua komoditas itu cenderung menetap dengan ruang gerak terbatas.

”Kami belum tahu seberapa banyak sampel ikan yang diambil dari pinggiran pantai dan sebarannya untuk dapat mendeteksi kandungan merkuri di perairan,” ujarnya, Kamis (12/11/2015).

Baca juga: Pedagang Asal Kolaka Tewas Dibacok di Gunung Botak

Sementara itu untuk mendapatkan emas, bongkahan batu atau pasir yang diyakini mengandung logam mulia dihancurkan dalam air.

Lalu merkuri ditambahkan ke dalam campuran sehingga melebur dengan emas. Senyawa yang dihasilkan akan terekstrasi dari air dan bahan limbah. Merkuri kemudian dibakar sehingga menciptakan emas.

Penambang emas skala kecil beroperasi di lebih dari 70 negara, dan limbah merkuri adalah salah satu sumber terbesar polusi di dunia.

Baca juga: Penambang Emas Ilegal Asal Lombok Tewas Dibacok di Gunung Botak

Personel kepolisian dan TNI berjaga di tempat penambangan emas ilegal yang ditutup di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, Rabu (28/11/2018). Polres Pulau Buru menyegel sejumlah tempat penambangan ilegal yang beroperasi dengan menggunakan merkuri dan sianida di Gunung Botak.ANTARA FOTO/RIVAN AWAL LINGGA Personel kepolisian dan TNI berjaga di tempat penambangan emas ilegal yang ditutup di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, Rabu (28/11/2018). Polres Pulau Buru menyegel sejumlah tempat penambangan ilegal yang beroperasi dengan menggunakan merkuri dan sianida di Gunung Botak.
Merkuri sangat beracun dan dapat menyumbat pembuluh darah, merusak otak, ginjal dan paru-paru.

Uap dari merkuri tetap ada di udara hingga 18 bulan, kata Yuyun Ismawati, pemerhati lingkungan dari organisasi Bali Fokus dikutip dari BBC Indonesia.

Menghirupnya dapat menyebabkan pusing dan merusak paru-paru dalam jangka panjang.

Air limbah yang terkontaminasi merkuri mengalir ke sungai dan masuk ke tanah. Rantai makanan pun terkontaminasi - ikan, ayam, kambing dan sapi semua dapat terkena racunnya.

Baca juga: Gubernur Maluku: Tambang Emas di Gunung Botak Tidak Bisa Ditutup

Efek keracunan merkuri pada anak-anak dan orang tua dapat terlihat dengan cepat. Bagi ibu hamil ada peningkatan risiko keguguran, atau lahirnya anak-anak yang cacat.

Silikosis, TBC, kecelakaan kerja dan infeksi saluran pernapasan adalah kasus-kasus yang umum terjadi akibat dampak dari merkuri.

“Dalam jangka panjang, banyak orang tidak bisa lagi bekerja karena sakit parah atau cacat,” kata Yuyun Ismawati.

Baca juga: Diduga Terjadi Pencemaran, Polisi Tutup Operasi Perusahan Tambang di Gunung Botak

Pekerja seks, tempat pijat dan karaoke

Puluhan tokoh adat Pulau Buru mendesak Pemerintah Provinsi Maluku menertibkan kawasan Gunung Botak dari aktivitas penambangan ilegal di sana.Kompas.com/Rahmat Rahman Patty Puluhan tokoh adat Pulau Buru mendesak Pemerintah Provinsi Maluku menertibkan kawasan Gunung Botak dari aktivitas penambangan ilegal di sana.
Saat penutupan Gunung Botak pada tahun 2015, membakar tenda-tenda yang digunakan untuk tempat tinggal dan tempat usaha seperti rumah makan, warung kopi, tempat pijat dan karoke yang ada di kawasan itu.

Jumlah tenda yang dibakar mencapai ribuan buah, sementara ribuan tenda lainnya masih berdiri namun dalam keadaan kosong karena sudah ditinggal penghunnya.

Pembakaran ribuan tenda dan tempat pengolahan emas para penambang ilegal ini membuat asap pekat langsung membumbung diudara hinga menyelimuti langit di atas kawasan Gunung Botak dan sekitarnya.

Baca juga: Ribuan Penambang Emas Ilegal Kembali Masuk ke Gunung Botak

Ardin salah seorang penambang asal Sulawesi mengaku sangat kecewa dengan aksi pembongkaran dan pembakaran terhadap tenda-tenda tempat berjualan dan tempat tinggal mereka.

Dia mengaku aksi tersebut tidak manusiawi karena tidak mempertimbangkan untung rugi dari masyarakat.

"Ada barang-barang kita yang juga terbakar, banyak di sini yang barangnya terbakar habis kasihan kita tahu kita salah tapi berikan kami kesempatan untuk mengeluarkan semua barang dulu baru dibongkar," katanya.

Baca juga: 20 Hektar Lahan Disiapkan untuk Tampung Sedimen Sianida di Gunung Botak

Kondisi kawasan tambang Gununung Botak, Kecamatan Waelata Kabupaten Buru, MalukuKontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty Kondisi kawasan tambang Gununung Botak, Kecamatan Waelata Kabupaten Buru, Maluku
Ia mengaku setiap masuk pos penjagaan wajim membayar upeti Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per orang. Terkadang penagihan dilakukan per bulan dengan total Rp 350.000.

Sementara itu sejak kawasan tambang tersebut ada sejak 2011, praktik prostitusi pun mulai berjalan.

Tidak tahu siapa yang mendatangkan para penjaja seks komersial (PSK) ini ke kawasan tersebut. Namun faktanya, banyak di antara PSK yang datang ke Gunung Botak umumnya masih di bawah umur.

Salah seorang PSK yang ditemui di jalur D kawasan Gunung Botak mengaku tuntutan hidup menjadi alasan mengapa dia nekat datang ke Pulau Buru.

Baca juga: Ditemukan, Tempat Pijat dan Karaoke Usai Penambang Liar Tinggalkan Gunung Botak

”Saya diajak oleh teman untuk datang ke sini, karena waktu itu dia bilang banyak pekerjaan yang bisa menghasilkan uang di sini,” kata wanita berinisial WS itu kepada Kompas.com tahun 2015 lalu.

Ia bercerita tiba di kawasan tersebut pada tahun 2012 dan menyewa kamar bersama rekannya. Karena tak memiliki keahlian, WS pun memilih jalan pintas menjadi PSK untuk bertahan hidup.

Sehari, ia melayani hingga 10 pria dan setiap kencan, tamu harus membayar Rp 500.000 hingga Rp 750.000.

Baca juga: Cerita Para Pekerja Seks yang Kini Banting Harga di Kawasan Gunung Botak

Satu keluarga penambang bersama seorang bocah meninggalkan kawasan tambang Gunung Botak Minggu (15/11/2015). setelah tenda tempat tinggal mereka di kawasan itu dibakar aparatKONTRIBUTOR KOMPAS.com/RAHMAT RAHMAN PATTYs Satu keluarga penambang bersama seorang bocah meninggalkan kawasan tambang Gunung Botak Minggu (15/11/2015). setelah tenda tempat tinggal mereka di kawasan itu dibakar aparat
Setelah Gunung Botak resmi ditutup, WS dan teman-temannya harus gigit jari karena pekerjaan mereka sebagai PSK terancam tak berjalan lagi seperti biasa.

”Mau bagaimana lagi? Ya terpaksa pulang saja dulu,” kata dia.

Seperti cerita yang berulang. Pada tahun 2017, ribuan penambang ilegal kembali masuk ke Gunung Botak, Pulau Buru.

“Sudah banyak penambang di gunung Botak saat ini, jumahnya lebih dari 2.000 orang, tapi bagusnya tanyakan langsung saja kepada Kepala Dinas,” kata salah seorang pejabat di Dinas ESDM Kabupaten Buru yang engan menyebutkan identitasnya saat dihubungi dari Ambon, Kamis (12/1/2017).

Baca juga: Ratusan Kios Milik Penambang di Gunung Botak Juga Dibakar

Dia mengaku, kondisi di Gunung Botak sudah sama seperti beberapa tahun lalu sebelum aparat keamanan menutup lokasi tersebut.

”Keadaan saat ini sama seperti beberapa tahun lalu sebelum ditutup, jadi ramai sekali dengan aktivitas penambangan, tenda-tenda juga terus dibangun,” katanya.

Bertahun-tahun berlalu, konflik di Gunung Botak belum juga menemukan kata akhir.

Pada tahun 2019, arel tambang milik perusahaan pengolahan emas ditutup oleh Bareskrim Mabes Polri. Termasuk juga menangkap penyalur sianida di Gunung Botak.

Baca juga: Tak Ingin Temuan Emas di Tamilow Seperti Gunung Botak, Warga Tolak Kunjungan Orang Luar

Aparat Polsek Waeapo, Polres Pulau Buru, Maluku memusnahkan puluhan bak rendaman saat menyisir kawasan tambang emas Gunung Botak, Selasa (3/8/2021)HUMAS POLDA MALUKU Aparat Polsek Waeapo, Polres Pulau Buru, Maluku memusnahkan puluhan bak rendaman saat menyisir kawasan tambang emas Gunung Botak, Selasa (3/8/2021)
Terakhir pada Senin (24/5/2021), polisi mengamankan 19 penambang emas ilegal di kawasan tambang emas gunung botak.

Penertiban kawasan Gunung Botak kembali dilakukan setelah para penambang ilegal kembali memasuki kawasan itu.

“Saat penertiban dilakukan, ada sebanyak 19 penambang ilegal yang berhasil ditangkap,” kata Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol Muhamad Roem Ohoirat kepada Kompas.com, Selasa (25/5/2021).

Ia mengatakan belasan penambang ilegal itu ditangkap karena kedapatan menggunakan bahan kimia berupa sianida dan merkuri untuk mengeruk emas di Gunung Botak.

Baca juga: Kapolda Pimpin Personel Gabungan Tutup Tambang Ilegal Gunung Botak

Dalam operasi penertiban itu, polisi membakar tenda yang didirikan para penambang. Sejumlah peralatan yang dipakai para penambang ilegal juga dibakar.

Roem mengatakan masalah Gunung Botak tidak hanya menjadi tanggung jawab aparat kepolisian tetapi juga semua pihak termasuk pemerintah daerah.

Menurutnya, persoalan yang terjadi di Gunung Botak tidak hanya terkait keamaan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), tetapi yang paling utama persoalan lingkungan dan sosial ekonomi yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Rahmat Rahman Patty | Editor : Farid Assifa, Dheri Agriesta), BBC Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Regional
Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Regional
Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Regional
Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Regional
Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Kilas Daerah
Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Regional
Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni  Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Regional
Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Regional
Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Regional
Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Imigrasi Tangkap 19 WN Papua Nugini yang Langgar Aturan dalam 4 Bulan

Imigrasi Tangkap 19 WN Papua Nugini yang Langgar Aturan dalam 4 Bulan

Regional
Pria di Sumbawa Cabuli Anak Tetangga, Ditangkap Usai 2 Bulan Sembunyi di Lombok

Pria di Sumbawa Cabuli Anak Tetangga, Ditangkap Usai 2 Bulan Sembunyi di Lombok

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com