KOMPAS.com - Pada 5 Agustus 2018, gempa bumi bermagnitude 7,0 mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Saat itu tercatat ada 555 orang meninggal dunia dan ribuan rumah rusak akibat guncangan gempa.
Diceritakan, gempa mengerikan tersebut mengguncang Kota Mataram. Warga panik dan lari berhamburan ke luar rumah. Dinding tembok dan kaca jendela serta beberapa bangunan roboh.
Baca juga: 3 Tahun Gempa Lombok, Zuliatin: Masih Trauma, kalau Mati Lampu Saya Langsung Lari...
”Saat berdiri, tiba-tiba terasa oleng. Baru kali ini saya merasakan goyangan gempa yang besar seperti ini,” kata Anastacia Nariswari, warga Kota Mataram.
Zualiatin Handarini (31), warga Desa Dopang mengaku masih mengalami trauma walau hanya merasakan getaran gempa berskala kecil.
Bahkan saat mati lampu, secara refleks Zuliatin langsung lari ke luar ruangan karena khawatir akan terjadi gempa.
Saat gempa terjadi, Zuliatin bekerja di sebagai security di lantai tiga salah satu pusat perbelanjaan di Kota Mataram.
Baca juga: Sejumlah Pendaki Asal Pelembang Terjebak Longsor di Gunung Rinjani Pasca-gempa Lombok
"Sudah nggak tau sudah gimana, nggak ada kita lihat orang lagi pokoknya selamatkan diri dah masing-masing sangking lamanya (guncangan gempa), besar juga," kenang Zuliatin.
"Kalau untuk trauma masih, kalau mati lampu itu pasti lari saya. Apalagi kalau di kantor mati lampu, lari dah saya," Kata Zuliatin saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/8/2021).
Beruntung suami dan kedua anaknya yang ada di rumah juga berhasil menyelamatkan diri dan tidak ada yang terluka.
Baca juga: Transisi Darurat Tinggal Sebulan, 19.000 Unit Rumah Penyintas Gempa Lombok Belum Dibangun
"Gunungan atap itu roboh, bata-bata di kamar jatuh, jebol itu plafonnya. Alhamdulillah nggak ada yang luka, karena (anak) yang kecil juga reflek langsung lari ke luar," Kata Zuliatin.
Zuliatin dan keluarganya sempat tinggal selama satu bulan di tenda darurat.
"Sebulan lebih itu di tenda. Nggak berani masuk rumah. Karena kan guncangan gempa (susulan) itu masih terasa," kata Zuliatin.
Ia mengatakan, kerusakan rumahnya masuk kategori sedang dan dana sebesar Rp 25 juta untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.
Baca juga: Aplikator Rumah Tahan Gempa Lombok Timur Diduga Bawa Kabur Uang Rp 1 Miliar