Ada juga, kata Supingi, perajin yang merubah model penjualan, yakni secara online.
Cara ini menurutnya kebanyakan dilakukan oleh para perajin dari kalangan muda.
"Saya juga pakai Tokopedia, status WhatsApp, hingga Google bisnis. Tapi, kan, ya belum bisa maksimal kayak yang muda-muda itu," ujar pria usia 47 tahun ini.
Dia bersyukur dengan segala upayanya itu kondisinya kini mulai ada jalan. Penjualan sudah mulai berjalan meski masih jauh dari kondisi awal.
"Sekarang sudah mulai ada yang beli," ungkap dia.
Andria, salah seorang pembeli, mengaku cukup terbantu dengan adanya kampung tahu.
Sebab, keberadaannya memudahkannya saat tiba-tiba ada kebutuhan perihal sajian untuk hajatan maupun untuk keperluan oleh-oleh.
"Saya biasa beli di sini," ujar wanita yang belanja stik tahu hingga 2 plastik besar itu.
Segala upaya bertahan itu dilakukan karena memang keahlian yang dipunyai adalah pembuatan tahu. Selain itu juga menjaga usaha yang telah dirintis oleh para pendahulunya.
Para perajin tahu di Kelurahan Tinalan tersebut, Supingi menambahkan, mayoritas masih terhubung sebagai sanak keluarga.