Balai TN Matalawa memperoleh data sebaran titik panas itu dari sejumlah satelit pada pukul 09.00 Wita dan sekitar pukul 14.00 Wita setiap hari.
Data tersebut dilengkapi dengan titik koordinat sehingga memudahkan tim memantau hotspot.
"Kalau ada kebakaran, ya langsung dipadamkan. Beberapa hotspot memang terbukti ada kebakaran dan bisa segera langsung diantisipasi. Kalau ada hotspot, kita kejar. Kita datangi. Ya, alhamdulilah sih selama ini hotspot itu bisa dikendalikan," sebut Memen.
Menurut Memen, data hotspot itu juga selalu dikirimkan kepada sejumlah pihak yang disebut sebagai tim gabungan.
Tim tersebut meliputi Balai TN Matalawa, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), beberapa dinas teknis terkait, TNI, Polri, camat, kepala desa, dan tokoh masyarakat di sekitar taman nasional.
Baca juga: Video Viral Warga Mengarak Pelaku Penganiayaan Menuju Mobil Polisi, Begini Penjelasannya...
"Dengan harapan para pihak (dalam tim gabungan) juga peduli untuk mengecek hotspot," ungkap Memen.
Sejauh ini, Balai TN Matalawa juga sudah membentuk brigade pengendalian kebakaran hutan (Brigdalkarhut).
"Untuk yang di kawasan Taman Nasional Matalawa, kami tugaskan Brigdalkarhut yang sudah kita bentuk, mulai dari tingkat balai sampai di tingkat resor," kata Memen.
Menurut Memen, Brigdalkarhut sudah beberapa kali melakukan pemadaman terhadap sebaran api di sejumlah titik rawan.
Selain Brigdalkarhut, Balai TN Matalawa memiliki posko pengendalian kebakaran.
"Jadi, posko ini tugasnya sebagai ujung tombak di tingkat resor, yaitu berpatroli, termasuk mengecek hotspot itu," tutur Memen.
Tim posko yang menyebar di delapan resor itu melakukan patroli setiap hari.