Pantauan Kompas.com, sejumlah keluarga dan para tetangga mulai mendatangi rumah duka untuk melayat. Sejumlah pejabat Pemkab Seram Bagian Barat juga terlihat di rumah duka.
Sementara itu di depan rumah duka, warga mulai mendirikan tenda. Banyaknya pelayat yang berdatangan membuat warga sekitar menutup sementara jalan masuk menuju rumah duka.
Banyaknya warga yang datang untuk melayat membuat halaman rumah almarhum jadi penuh sesak.
Baca juga: Almarhum Bupati Yasin Payapo Dimakamkan Keluarga, Para Pejabat dan Anggota Dewan Ikut Mengantar
Sejumlah warga bahkan harus mengantre untuk masuk ke dalam rumah duka.
Pihak keluarga sendiri membuat tenda sepanjang jalan masuk menuju rumah almarhum.
“Kami minta agar jangan sampai membuat kerumunan, karena kasihan Kota Ambon ini sedang zona merah,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Maluku dr Doni Rerung saat dihubungi, Minggu.
Baca juga: Sebelum Jenazah Bupati Yasin Payapo Dimakamkan, Keluarga Akan Gelar Upacara Pelepasan
Sekretaris Satgas Penangan Covid-19 Provinsi Maluku, Henri Farfar mengungkapkan, tim satgas telah berkoordinasi dengan keluarga almarhum untuk memakamkan jenazah dengan protokol Covid-19.
Namun, keluarga menolak pemakaman dengan protokol kesehatan karena beralasan Bupati Yasin meninggal di rumah.
“Keluarga bersikeras untuk memakamkan jenazah almarhum tanpa protokol kesehatan karena mereka beralasan, almarhum tidak meninggal dunia di rumah sakit,” katanya.
Tim Satgas Covid-19 Maluku sampai membujuk delegasi keluarga. Namun, mereka tetap menentang permintaan satgas tersebut.
“Mereka (keluarga) jelaskan ke kita itu hal yang tidak mungkin untuk pemakaman secara Covid-19. Sebenarnya, kalau keluarga bersedia biar dimakamkan di pemakaman yang ada asalkan kita lakukan pemularasaan jenazah biar semua aman tapi keluarga menolak mentah-mentah,” ungkapnya.
Henri menjelaskan, satgas tak bisa berbuat banyak saat berkoordinasi dengan keluarga. Hal itu disebabkan tekanan massa yang sangat besar.
“Selain itu tadi malam tekanan masa sangat luar biasa, keluarga sangat banyak, kita tidak berani mengambil risiko akhirnya kita ambil jalan tengah karena keluarga menolak keras kita bicarakan dengan delegasi tapi juga ditolak,” katanya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Rahmat Rahman Patty | Editor : Dheri Agriesta, Abba Gabrillin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.