Lokasi ini mudah ditemui, yakni di tengah jalur besar dari Wates menuju Kecamatan Panjatan.
Jalur ini padat kendaraan, sehingga siapa saja yang melintas jalan raya tersebut akan mudah melihat ada barisan bendera.
Warga biasanya menyempatkan mampir untuk sekadar foto atau jalan keliling pedukuhan.
Dobangsan sendiri merupakan pedukuhan dengan mayoritas petani di tiga RW dengan masing-masing ada tiga RT.
Pengibaran bendera sebanyak ini sebagai bagian dari cara warga Dobangsan menunjukkan rasa cinta tanah air hingga menjadi cara warga mengenang perjuang pahlawan yang hidup mati membela bangsa Indonesia agar dapat merdeka.
Baca juga: Pengusaha Restoran dan Hotel di Bandung Batal Kibarkan Bendera Putih
Karenanya, warga mengibarkan bendera di perkampungan setiap Agustus.
Agung menceritakan, semua berawal pada 2019. Ketika itu muncul kegelisahan terkait rasa cinta tanah air di kalangan generasi muda.
Kemudian lahir ide mengibarkan bendera di sepanjang jalan tengah sawah dan perkampungan.
Warga menyambut dengan menebang bambu hingga membeli bendera.
Bambu pemberian warga dan biaya beli bendera dari sumbangan suka rela masyarakat.
Kemudian dilanjutkan upacara di jalan.
“Yang menjadi tulang punggung pemasangan Ketua RT/RW dan karang taruna. Sedangkan ibu-ibu menyiapkan minum dan snack,” kata Agung.
Baca juga: Kunjungi Pasar Tanah Abang, Wakil Ketua DPR: Pedagang Tak Ingin Kibarkan Bendera Putih
Warga kembali melanjutkan kegiatan memasang bendera itu pada 2020, bahkan hingga terpasang 1.000 bendera.
Bendera tidak hanya di jalan Turi tapi juga di seluruh wilayah Dobangsan.
Mereka lantas merayakan HUT RI dengan upacara berpakaian adat budaya Indonesia.
Semua dilakukan dengan gotong royong.
“Semua keperluan hasil dari swadaya masyarakat Dobangsan,” kata Agung.