Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Puskesmas Tandus di NTT Disulap Jadi Kawasan Asri

Kompas.com - 02/08/2021, 11:48 WIB
Kontributor Sumba, Ignasius Sara,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

MAKAMENGGIT, KOMPAS.com - Batu lempeng menyerupai menhir yang sudah dicat tampak berjajar apik di depan halaman Puskesmas Nggoa.

Puskesmas yang sekilas tampak seperti vila itu berlokasi di Desa Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Puskemas rawat inap tersebut berjarak kurang lebih 40 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 35 menit dari Waingapu, ibu kota Sumba Timur.

Saat Kompas.com menyambangi lokasi tersebut pada Minggu (1/8/2021), terlihat taman kecil yang dilengkapi dengan sebuah pondok dan kolam ikan di pinggir kiri jalan masuk areal puskesmas.

Baca juga: Pasien Covid-19 Dikenakan Tarif oleh Puskesmas, Bupati Trenggalek Minta Maaf

Udara sejuk sangat terasa saat pengunjung memasuki tempat tersebut.

Ada tanaman bunga, pepohonan hijau, dan batu-batu lempeng yang tinggi berdiri tegak memenuhi halaman Puskesmas Nggoa.

Semuanya berpadu di dalam kompleks Puskesmas tersebut. Hal itu memberikan nuansa yang unik, indah, dan langkah sehingga mengundang decak kagum bagi siapa saja yang berkunjung ke sana.

Sebab, lanskap di sekitar puskesmas merupakan padang sabana.

Seorang ibu bernama Yusniana Ngongo (30) mengaku nyaman dan betah selama berada di dalam lokasi Puskesmas Nggoa.

Saat itu, Yusniana sementara duduk di dalam pondok kecil dekat kolam ikan. Ia sedang menjaga salah satu anggota keluarganya yang sementara dirawat di puskesmas itu.

"Saya merasa senang karena pemandangannya bagus. Kita bisa hirup udara segar. Betah kami berada di sini. Rasanya sejuk sekali," kata Yusniana kepada Kompas.com, Minggu.

Baca juga: Dinkes Klaim PPKM Level 4 Turunkan Kasus Harian Covid-19 di Solo

Jadi tempat berobat yang nyaman

Kepala Puskesmas Nggoa, Sirilus Gang (55) mengatakan, Puskesmas itu harus menjadi lokasi yang nyaman bagi semua pengunjung di sana.

Sebab, suasana yang indah, asri, dan sejuk di tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan efek psikologis yang positif kepada pasien.

"Kami buat ini semampunya kami saja. Intinya semua nyaman. Baik petugasnya, pasien atau pengunjung yang datang di tempat ini. Karena itu, kita buatkan kolam ikan dan buatkan program (Puskesmas) Nggoa berhias," kata Sirilus.

Petugas bisa ambil sayuran

Selain tanaman hias, ada juga sejumlah tanaman palawija di tempat itu.

Hal tersebut dilakukan agar petugas yang tinggal di sana tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membelikan sayur di pasar.

"Untuk mengurangi pengeluaran (para petugas medis). Kan sayur-sayuran juga sumbernya dari sana," ungkap Sirilus.

Saat ini, Puskesmas Nggoa menyandang akreditasi madya. Sirilus menargetkan puskesmas itu berakreditasi paripurna sebelum dirinya pensiun dari aparatur sipil negara (ASN).

Ia mengatakan, jumlah perawat di tempat itu sebanyak 9 orang. Sedangkan bidan ada 5 orang, dan seorang dokter umum.

"Target saya sebelum pensiun, saya mau puskesmas ini (terakreditasi) paripurna," ujar Sirilus.

Baca juga: Kisah Pak Dewa, Nelayan Asal NTT yang 13 Kali Terdampar di Australia, Pernah Didenda Rp 300 Juta

Spot foto

Sirilus menjelaskan, keluarga pasien yang dirawat di sana juga biasa berfoto di taman puskesmas.

Kemudian ada juga masyarakat dari wilayah lain yang berkunjung hanya untuk sekedar berfoto dengan latar batu-batu lempeng yang berdiri tegak.

Salah satunya ialah seorang pengunjung bernama Donatus Hadut mengabadikan momen di tempat itu.

"Kesannya sangat bagus. Indah, asri, dan sejuk. Ini sangat luar biasa. Saya baru menemukan puskesmas dengan penataan taman yang sangat Instagramable," ujar Donatus.

Cerita menata taman

Sirilus mengisahkan, ia bertugas sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Nggoa sejak bulan Desember 2004.

Kemudian, ia menjabat sebagai kepala puskesmas itu sejak 27 Februari 2012 hingga saat ini.

Sirilus memanfaatkan batu-batu lempeng yang berukuran besar untuk ditata menjadi pagar indah di kompleks puskesmas sejak tahun 2013.

Batu-batu tersebut diambil di beberapa tempat yang tersebar di wilayah Kecamatan Nggaha Ori Angu, Sumba Timur.

Sirilus, para nakes, masyarakat sekitar, dan karyawan puskesmas berjibaku menata kawasan itu menjadi hijau.

Mereka memakai jatah air tangki untuk menyiram tanaman. Sebab, wilayah itu tidak memiliki sumber air.

"Kan di sini susah air. Tapi di puskemas ini kan ada air tangki. Ada jatah memang. Sebagiannya (digunakan untuk) minum dan sebagian untuk (menyiram) tanaman, sehingga tanaman tetap hijau," kata Sirilus.

Baca juga: Viral, Video Emak-emak Bawa Motor Masuk IGD di Situbondo, Ini Penjelasan RS

Ia menjelaskan, ada seorang donatur bernama Rambu Anna (36) yang membantu pembuatan taman di Puskesmas Nggoa.

Saat ini, beberapa bagian taman sementara dilakukan pembenahan.

Seorang warga Desa Makamenggit bernama Yanti Hada Rewa (25) mengungkapkan kekagumannya terkait penataan areal Puskesmas Nggoa.

"Kami ikut merawat dan tertarik dengan penataan taman Puskesmas Nggoa. Ini menjadi sebuah kenangan (dari kepala puskesmas) sampai kapan pun bagi kami masyarakat Desa Makamenggit. (Karya yang indah) ini yang tidak bisa dilupakan oleh kami sebagai masyarakat biasa," tutur Yanti.

Sementara itu, seorang perawat bernama Yuniarti Risni Ndapakamang (26) memuji ide dan kreativitas dari Sirilus.

Yuniarti merupakan perawat magang yang bertugas di puskesmas tersebut sejak Januari 2019 lalu.

"Saya saja sebagai perempuan tidak punya ilmunya untuk menata taman. Nah, kok bapak ada. Saya baru lihat laki-laki yang seperti ini," kata Yuniarti.

"Jarang ada laki-laki yang seperti bapak (Kepala Puskesmas Nggoa). Biasanya kan mama-mama yang urus bunga. Mungkin jiwa seninya itu lebih nampak daripada kami," ujar Yuniarti lagi.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur Rambu M R K U Djima membenarkan bahwa Puskesmas Nggoa menjadi salah satu puskesmas yang terakreditasi madya di daerah tersebut.

Rambu mengapresiasi kerja keras Kepala Puskesmas Nggoa yang menghijaukan areal puskesmas di tengah wilayah yang tandus.

"Di daerah itu, setahu saya dulu itu tandus sekali. Jadi, kalau menurut saya itu tergantung dari pemimpin (puskesmas). Kalau namanya sejuk kan, orang datang jadinya senang. Melihat keindahan. Setidaknya pikiran mereka menjadi tenang kan," ujar Rambu.

Terkait akreditasi paripurna, kata Rambu, harus dipersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Sebab, ada tim survei independen dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang akan menilai.

Adapun hal yang harus dipersiapkan antara lain kekompakan para medis, manajemen yang bagus, tertib administrasi, dan pelayanan yang baik dari puskesmas bersangkutan.

"Jadi, banyak hal yang harus dipersiapkan. Harus disesuaikan juga dengan kondisi yang sekarang. Kan sekarang sudah adaptasi kebiasaan baru," tutur Rambu.

Penyesuaian dengan adaptasi kebiasaan baru berarti terus mensosialisasikan protokol kesehatan Covid-19 kepada masyarakat, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.

Adapun tingkatan akreditasi sebuah puskesmas adalah akreditasi dasar, madya, utama, dan paripurna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Regional
Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Regional
Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Regional
Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Regional
Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com