Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Mangrove Delta Mahakam di Kaltim Rusak karena Tambak

Kompas.com - 02/08/2021, 06:56 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com -  Hampir setengah dari luasan hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim) rusak karena pembukaan tambak ikan dan udang.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah IV Samarinda mencatat ekosistem mangrove Delta Mahakam dengan total luasan 113.553,44 hektar, hanya menyisahkan 388,54 hektar atau 0,34 persen hutan mangrove primer dan 25.429 hektar hutan sekunder atau 22,39 persen.

Sisanya, 61.506,67 hektar atau 54,17 persen kawasan itu sudah berubah fungsi jadi tambak ikan dan udang.

Baca juga: Banyak Ikan Mati di Sungai Mahakam, Ini Penjelasan Dosen Perikanan Unmul Samarinda

Kemudian, jadi pemukiman warga 122,09 hektar atau 0,11 persen,  perkebunan 1.032,65 hektar atau 0,91 persen dan pertambangan 58,83 hektar atau 0,05 persen.

“Kawasan mangrove di Delta Mahakam itu sudah masuk golongan sangat kritis,” ungkap Kepala Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Dinas Kehutanan Kaltim, Joko Istanto saat dihubungi Kompas.com, Minggu (1/8/2021).

Tumbuhan jenis bakau, api-api, nipah yang mendominasi kawasan lebih banyak terlihat di tepi sungai, sedang di bagian tengah daratan pulau rata-rata kosong, berubah fungsi jadi tambak ikan dan udang.KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON Tumbuhan jenis bakau, api-api, nipah yang mendominasi kawasan lebih banyak terlihat di tepi sungai, sedang di bagian tengah daratan pulau rata-rata kosong, berubah fungsi jadi tambak ikan dan udang.

Joko mengatakan ancaman berupa pembukaan lahan dengan menghabiskan hutan bakau untuk budidaya ikan dan udang, perkebunan serta klaim penguasaan lahan hutan oleh oknum masyarakat masih terus terjadi.

“Untuk itu upaya mitigasinya, dengan cara pendekatan kepada masyarakat. Selain itu upaya lainnya seperti reboisasi dan lain-lain,” tutur dia.

Baca juga: Nakhoda Kapal Muat Minyak Sawit yang Tenggelam di Sungai Mahakam Jadi Tersangka

Ramli seorang pemilik tambak udang dan ikan di kawasan Delta Mahakan, mengatakan perambahan kawasan mangrove itu terjadi sejak 1998.

Saat itu, kata dia, setelah krisis moniter harga udang melejit tajam membuat nelayan banyak budidaya udang.

“Saat itu rata-rata semua nelayan di sini beralih bikin tambak udang,” kisah dia.

Salah satu sungai kecil yang ada di kawasan mangrove Delta Mahakam saat disusur menggunakan perahu milik nelayan setempat.KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON Salah satu sungai kecil yang ada di kawasan mangrove Delta Mahakam saat disusur menggunakan perahu milik nelayan setempat.
Sejak itu pula pembukaan hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam tak bisa dikendali.

Jenis tumbuhan nipah, bakau, api-api dan lainnya yang mendominasi kawasan itu habis dibatat.

Jika dilihat dari udara, tutupan hutan mangrove yang tumbuh menutupi kurang lebih 92 pulau kecil yang membentuk kawasan delta itu terlihat bolong-bolong.

Baca juga: Cerita Nelayan di Sungai Mahakam Terdampak Tumpahan Minyak, Bangun Pagi Lihat Ikan Mati

Letak kawasan delta, melingkup 13 desa dari tiga kecamatan yakni Anggana, Muara Jawa dan Muara Badak di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Mata pencaharian masyarakat di pesisir delta didominasi nelayan.

Ramli menjelaskan, tambak di kawasan delta, rata-rata dibuka dengan cara menghabiskan pohon bakau sebelum dibikin tambak berpetak-petak.

Praktek itu terjadi bertahun-tahun, membuat hampir setengah tutupan hutan mangrove hilang. 

Belum diketahui pasti jumlah tambak dan kepemilikan nelayan di lokasi itu. 

Namun disinyalir, ada oknum yang memiliki lebih dari satu tambak dan terjadi sewa menyewa hingga transaksi jual beli lahan tambak.

Baca juga: Kapal Pengangkut Minyak Kelapa Sawit Tenggelam, Air Sungai Mahakam Jadi Oranye

Ancaman itu membuat ruang hidup ribuan satwa dari buaya muara, camar, pesut, kera merah, hingga bekantan, hewan endemik Kalimantan sebagai penghuni kawasan delta terjepit.

Disebut ada tujuh sampai sembilan kelompok individu bekantan, hewan mirip monyet, dengan setiap kelompoknya terdiri 9 sampai 15 ekor hidup di kawasan itu.

Mengenal konsep silvofishery

Ramli mengaku membuka tambak di kawasan delta sejak 2015 setelah berhenti dari perusahaan migas.

“Saya membeli lahan di sini. Lalu saya bikin tambak ikan, udang sampai sekarang,” tutur dia.

Tapi, tutupan hutan banyak hilang bikin ikan dan udang Ramli banyak mati karena panas matahari.

“Tidak ada tempat berlindung ikan dan udang. Begitu panas siang, banyak ikan mati. Jadi panennya juga enggak memuaskan waktu diawal-awal usaha,” kisah dia.

Baca juga: Perbedaan Pesut Sungai Mahakam dan Pesut Teluk Balikpapan, Keduanya Terancam Punah

Titik balik bagi Ramli terjadi pada 2018, ketika ditemui seorang penggiat lingkungan bernama Ahmad Nuriawan dari Yayasan Mangrove Lestari Delta Mahakam.

Dari pendiskusian keduanya, ditemukan akar masalah ikan milik Ramli sering mati akibat hutan mangrove yang gundul di sekitar tambak.

Karena air tambak yang terpapar sinar matahari langsung, bisa menaikkan kadar asam air atau pH. Hal itu membuat ikan tak bertahan hidup.

"Karena itu harus ditanam kembali (bakau) sebagai pelindung," ungkap Angga sapaan Ahmad Nuriawan.

Angga menjelaskan, fungsi mangrove bagi ekologi bisa membuat subur wilayah pesisir. Oleh sebab itu mangrove mampu menghasilkan nutrisi bagi penghuni air.

“Nutrisi itu jadi makanan plangton. Plangton jadi makanan utama ikan kecil, ikan kecil dimakan ikan sedang dan besar. Juga udang, kepiting, dan biota air lainnya.” terang dia.

"Itulah rantai makanan dalam air di kawasan pesisir. Kalau mangrove dihilangkan, sama halnya menghilangkan ikan, udang, kepiting dan biota pesisir lainnya," sambung dia.

Baca juga: Cerita Mamalia Langka Penghuni Sungai Mahakam yang Terancam Punah karena Industri

Angga kemudian memperkenalkan konsep silvofishery kepada Ramli. Sistem pertambakan dengan menggabungkan budidaya perikanan dengan penanaman mangrove.

Setelah dua tahun diterapkan, hasil panen Ramli semakin baik.

Ukuran ikan dan udang kini lebih besar dari sebelumnya. Hasil panen juga semakin banyak. Kepiting yang sebelumnya jarang ada, kini makin banyak.

Kini sudah 40 hektar lahan dibikin tambak budidaya ikan bandeng, udang windu, kepiting cangkang lunak, juga lokasi penggemukan kepiting.

Puluhan hektar tambak itu, dikelola oleh dua kelompok pembudiayaan ikan Salo Sumbala Sejathera dan Kelompok Tani Hutan Ramah Lingkungan Sumbala dengan anggota belasan orang.

Selain budidaya ikan, sebanyak 160.000 bibit mangrove jenis rhizopora mucronata dan nypah sudah ditanam di atas lahan 100 hektar lahan yang dibuka itu.

Beberapa pohon mangrove sudah terlihat membesar.

Selain menanam, para kelompok tani juga mengembangkan bibit mangrove dari polybag.

Baca juga: PPKM Semidarurat di Kukar, Akses Keluar Masuk Disekat Tiap Akhir Pekan

Ada 30.000 bibit sedang dikembangkan baru ditanam di sekitar areal tambak.

"Selama kami tanam, ternyata udang suka main di akar mangrove. Selama ada mangrove ini kepiting juga makin banyak. Pokoknya sejak kami tanam suasana beda,” terang Ramli.

Penghasilan dari tambak, kata Ramli mendongkrak ekonomi keluarga secara signifikan.

Kini udang hasil budidaya Ramli dan nelayan lainnya sudah diekspor ke Jepang dan Amerika.

Angga ingin menjadikan budidaya perikanan milik kelompok tani Ramlin dan nelayan lainnya menggunakan konsep silvofishery.

Metode ini jadi pilot project pengembangan ekonomi keberlanjutan.

"Harapannya kalau ini berhasil bisa menarik minat nelayan lain," harapnya.

Sebab dijelaskan Angga, ekosistem mangrove memiliki tiga hal penting.

Selain fungsi ekologi dan ekonomi bagi warga sekitar. Hutan mangrove juga penting menjaga perubahan iklim.

Baca juga: Detik-detik Kanisius Diterkam Buaya Saat Memancing di Dekat Tambak Garam, Sempat Ditolong tetapi...

Serapan karbon hutan mangrove lima kali lebih besar dari hutan darat dengan luasan yang sama. Karbon itu tersimpan di akar tanah dan batang serta daun.

"Jadi ketika terokupansi maka karbon dilepas. Bisa dihitung berapa metrik ton karbon per hektar," terang dia.

Sejalan dengan rencana penurunan emisi gas rumah kaca, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadikan Delta Mahakam sebagai salah satu kawasan dalam pemukihan ekosistem mangrove.

"Dalam kawasan itu ditarget 14.000 hektar ditanam selama bibit pohon selama tiga tahun," pungkas Angga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

Regional
Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com