SALATIGA, KOMPAS.com - Henoch Pryanto Manglabi selama empat tahun menjadi eksportir kopi di Timor Leste.
Meski mendapat penghasilan yang menjanjikan, dia memilih menjadi penjual kopi keliling di Kota Salatiga.
Alasan Henoch, dia tak ingin kopi hanya dinikmati masyarakat kelas atas.
"Kopi ini adalah minuman semua masyarakat, jadi jangan jual kopi mahal-mahal hanya untuk sekadar gaya," jelasnya di Rumah Dinas Wali Kota Salatiga, Jumat (30/7/2021).
Baca juga: Bebas dari Lapas, Asep Si Pemilik Kedai Kopi di Tasikmalaya: Mending Bayar Denda dan Taat Aturan
Henoch mengatakan meski menjual kopi keliling, kualitas kopi racikannya tak kalah dengan kopi yang dijual di kafe-kafe.
"Saya promosi lewat media sosial, kalau ada yang order tinggal sharelock dan saya meluncur ke lokasi. Mau menikmati kopi di pasar, pinggir jalan, atau di kantor saya siap melayani," jelasnya.
Setiap hari setidaknya dia bisa menjual hingga 50 hingga 80 gelas dengan harga jual kisaran Rp 8.000 hingga Rp 15.000.
Dia bisa meracik kopi sesuai pesanan, mulai dari Americano, Caffee Latte, hingga Cappucino.
"Tapi memang karena PPKM ini dan pembatasan jam malam, sekarang sekitar 30-50 gelas," jelas Henoch.
Dia menegaskan tak ingin membuka kafe.
"Misi saya itu tadi, mengembalikan kopi sebagai minuman rakyat. Jadi daripada membuka kafe, lebih baik saya menambah armada untuk berkeliling," ungkapnya.