BLITAR, KOMPAS.com - Satgas Covid-19 Kota Blitar telah mulai memindahkan warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah ke pusat isolasi yang disediakan pemerintah.
Kapolres Blitar Kota AKBP Yudhi Hery Setiawan selaku Wakil Ketua Satgas mengatakan, pemindahan warga yang menjalani isolasi mandiri telah mulai dilakukan sejak Rabu (28/7/2021).
"Mulai kemarin (Rabu) perlahan-lahan kami melakukan penggeseran warga yang isoman ke isolasi terpusat, supaya ada kontrol 1x24 jam," ujar Yudhi, kepada wartawan, Kamis (29/7/2021).
Yudhi mengatakan, sementara menunggu kesiapan tempat isolasi terpusat di asrama mahasiswa PGSD, Satgas mengevakuasi warga yang isolasi mandiri di rumah ke kampus Poli Teknik Kesehatan (Poltekkes), tempat isolasi yang selama ini disediakan Pemerintah Kota Blitar.
Baca juga: Pasien Covid-19 Dikenakan Tarif oleh Puskesmas, Bupati Trenggalek Minta Maaf
Jika daya tampung kampus Poltekkes sebanyak 126 tempat tidur sudah penuh, kata dia, warga isolasi mandiri akan dibawa ke pusat isolasi yang baru, yaitu asrama mahasiswa PGSD milik Universitas Negeri Malang yang ada di Jalan Ir Soekarno, Kota Blitar.
"Makanya Senin ini tempat isolasi terpusat di asrama mahasiswa PGSD itu harus sudah dibuka," kata dia.
Yudhi mengatakan, Satgas Covid-19 akan terlebih dulu melakukan asesmen untuk menilai apakah warga yang sedang menjalani isolasi mandiri harus dipindahkan ke pusat isolasi atau tidak.
Meskipun pada dasarnya, kata Yudhi, tidak boleh adalagi warga yang isolasi mandiri.
Namun, atas pertimbangan tertentu, lanjut dia, warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 boleh menjalani isolasi mandiri dengan sejumlah syarat.
"Misalnya, keluarga yang tinggal di satu rumah yang semua penghuninya terkonfirmasi positif. Mereka boleh isolasi mandiri di rumah dengan syarat beberapa syarat," ujar dia.
Salah satu syarat itu, lanjut dia, nomor telepon petugas kesehatan, relawan kesehatan, babinkamtibmas dan babinsa harus ditempel di rumah itu sehingga pertolongan akan cepat diberikan jika dibutuhkan.
Menurut Yudhi, instruksi untuk memindahkan warga yang isolasi mandiri di rumah ke pusat isolasi didasarkan pada tingginya tingkat kematian yang antara lain, disebabkan warga terlambat mendapat pertolongan medis saat kondisi kesehatannya memburuk.
Yudhi mengatakan, banyak warga yang menjalani isolasi mandiri namun tidak tahu gejala-gejala memburuknya gangguan kesehatan akibat Covid-19.
"Jadi orang yang isoman banyak yang tidak paham yang berkaitan dengan kesehatan walaupun sudah dilakukan pengawasan dan sebagainya," kata dia.