Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dewa Selamatkan 120 Warga Saat Badai Seroja, Terima Penghargaan dari BMKG

Kompas.com - 29/07/2021, 12:03 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Mohammad Mansyur alias Dewa (52), nelayan yang bermukim di pesisir Pantai Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapat penghargaan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Dia dianugerahi penghargaan karena berhasil menyelamatkan nyawa 120 warga yang bermukim di sepanjang pantai Oesapa Kota Kupang.

Dewa diberi penghargaan dalam Rakornas BMKG dan juga peringatan hari ulang tahun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (HMKG) ke-74, yang digelar secara virtual, Kamis (29/7/2021) pagi.

Hadir dalam acara penghargaan itu Presiden Joko Widodo, Mantan Presiden Megawati Soekarno Putri, sejumlah menteri dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Baca juga: 12 Wilayah Terdampak Siklon Seroja di NTT, Data Korban dan Kerusakan

Mampu baca grafis dan data cuaca

Dewa menyelamatkan ratusan warga di lingkungannya, karena mampu membaca pesan berantai dalam grup Whatsapp.

Isi pesan adalah grafis dan data mengenai perkembangan cuaca di Kupang yang secara drastis menjadi cuaca ekstrem hingga membentuk Siklon Seroja.

Badai yang dikenal dengan Siklon Tropis Seroja pada awal April 2021 itu menerjang apapun yang dilalui.

Sebanyak 11 wilayah yang terdiri dari kabupaten dan kota di NTT terdampak banjir bandang dan longsor akibat cuaca ekstrem, imbas dari bibit siklon dan Siklon Tropis Seroja.

Ada delapan daerah di Provinsi NTT dengan kondisi kerusakan terparah, antara lain Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Alor, Kabupaten Malaka, dan Kabupaten Sabu Raijua.

Baca juga: Polwan Ini Jadikan Rumahnya Posko Kemanusiaan untuk Puluhan Anak Korban Badai Seroja


Minta masyarakat mengungsi

Atas pemahaman Dewa dalam menginterpretasikan pesan prakiraan cuaca dari BMKG dalam grup aplikasi seluler, Dewa kemudian meneruskan informasi tersebut kepada seluruh masyarakat.

Dia juga meminta warga segera mengungsi dan menyelamatkan diri, karena badai besar akan datang.

Perahu nelayan di Oesapa, Kota Kupang, NTT yang rusak terkena Badai SerojaKOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Perahu nelayan di Oesapa, Kota Kupang, NTT yang rusak terkena Badai Seroja
Atas arahan dan informasi Dewa, warga di Kelurahan Oesapa segera berlindung. Nyawa 120 warga pun selamat dalam musibah badai tersebut.

Namun, dalam peristiwa itu, empat orang dinyatakan meninggal sebab masih berada di tengah laut dan tidak mendapatkan pesan dari Dewa.

Atas penghargaan itu, Dewa mengucapkan terima kasih kepada BMKG.

"Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak BMKG yang telah memilih saya sebagai tokoh inspirasi. Saya tak menyangka mendapatkan penghargaan ini," ujar Dewa, saat diwawancarai Kompas.com di Kantor BMKG Klas I Kupang, Kamis pagi.

Dewa juga berterima kasih, karena pihak BMKG Kupang, telah turun langsung dan bertemu dengan masyarakat di wilayahnya, terutama menyelenggarakan sekolah lapang cuaca nelayan.

Dia berharap, semua informasi dari BMKG bisa digunakan untuk semua kegiatan para nelayan yang ada di NTT, karena sangat bermanfaat.

Baca juga: Pasca-badai Seroja, Terumbu Karang di Taman Nasional Perairan Laut Sawu Rusak

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai anugerah BMKG 2021 kategori tokoh inspiratif pantas diberikan kepada Muhammad Mansur Dongkeng (Pak Dewa).

Menurut Karnawati, penghargaan ini diberikan kepadanya berkat aksi nyata Dewa dalam menyelamatkan jiwa sekitar 120 keluarga warga Keluaran Oesapa, Kota Kupang.

“Berbekal informasi dari BMKG, beliau memimpin evakuasi warga desa dari ancaman Siklon Tropis Seroja. Keteladanan pak Dewa dalam hal sadar bencana terbukti bermanfaat. Kemampuan membaca data didapat pak Dewa dari sekolah lapang cuaca nelayan BMKG. Kisah dari Pak Dewa dan anugerah BMKG ini diharapkan menjadi inspirasi, motivasi bagi kita agar sadar bencana untuk menuju Indonesia tangguh dan tumbuh,” kata Karnawati.

Dia menjelaskan, BMKG memiliki program agen perubahan iklim melalui berbagai bentuk informatif yang dikemas dalam pelatihan sekolah-sekolah dari komunitas.

Sekolah lapang BMKG ini terdiri dari sekolah lapang cuaca nelayan, sekolah lapang geofisika, dan sekolah lapang iklim.

Karnawati menyebutkan,  tujuan diadakannya sekolah lapang BMKG ialah mewujudkan ketahanan masyarakat petani, nelayan, serta komunitas penggiat dan pemangku kepentingan, terhadap bahaya yang diakibatkan oleh kondisi cuaca, iklim, gempa bumi dan tsunami, khususnya dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini.

Dia menuturkan, melonjaknya kejadian-kejadian cuaca dan iklim ekstrem serta kejadian gempa bumi beberapa tahun terakhir, dapat mengancam keberlangsungan kegiatan pertanian, pelayaran, dan bahkan keselamatan bagi masyarakat, sehingga tidak bisa diabaikan.

Baca juga: Danau yang Muncul Usai Badai Seroja Kini Mengering, Warga Jadikan Lahan untuk Tanam Sayur

BMKG memerlukan mediator

BMKG juga memerlukan mediator untuk menyampaikan informasi cuaca, iklim, gempa bumi dan tsunami agar bisa diterima di kalangan petani, nelayan, dan penggiat penanggulangan bencana.

Informasi tersebut diolah dari data hasil observasi melalui ribuan sensor yg terpasang di seluruh Provinsi hingga kecamatan di Indonesia, yang terkoneksi dengan Internet of Things (IoT) serta dengan 41 Radar Cuaca dan Satelit Himawari.

Data tersebut, lanjut dia, secara otomatis dan super cepat diproses oleh Artificial Intelligent (AI) melalui perhitungan matematis-fisis dan pemodelan numeris dengan menggunakan super komputer.

Hasilnya adalah berbagai jenis informasi dalam bentuk infografis ataupun peta digital, agar dapat tersebar luas secara cepat, tepat dan akurat, sehingga dapat dimanfaatkan dan diterapkan untuk perencanaan dan tata ruang kota atau wilayah yang berbasis mitigasi bencana dan perubahan iklim.

Selain itu, mediator atau agen perubahan informasi BMKG juga mampu menyampaikan prediksi dan peringatan dini bencana hidrometeorologi, geofisika dan potensi karhutla, untuk mendukung ketahanan pangan, energi dan sumber daya air, serta untuk kepentingan berbagai sektor seperti sektor transportasi, infrastruktur, kesehatan, pariwisata, industri, dan sebagainya.

Khusus untuk sektor pertanian dan perikanan, agar informasi BMKG tersebut dapat langsung diakses dan mudah dipahami oleh para petani, nelayan dan masyarakat secara umum, diperlukan sosialisasi dan diseminasi melalui mediator yang dilatih dalam sekolah lapang BMKG ini.

"Pak Dewa adalah alumni sekolah lapang BMKG untuk Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN), berkat pelatihan tersebut, Pak Dewa adalah simbol keberhasilan dari apa yang diharapkan melalui pendidikan pembacaan grafis dan pemanfatan data yang disajikan oleh BMKG dalam melihat kondisi cuaca,"kata dia.

Baca juga: Gerak Cepat BPJN NTT Perbaiki Jembatan dan Jalan Rusak akibat Badai Seroja (1)

Cerita Dewa menyelamatkan diri dan warga dari badai Seroja

Sebanyak 126.459 rumah warga dan fasilitas umum di Nusa Tenggara Timur (NTT), rusak akibat Badai Seroja, banjir dan tanah longsor.Sigiranus Marutho Bere/Kompas.com Sebanyak 126.459 rumah warga dan fasilitas umum di Nusa Tenggara Timur (NTT), rusak akibat Badai Seroja, banjir dan tanah longsor.

Sebelumnya diberitakan, Mohammad Mansyur alias Dewa (52), masih menatap satu-persatu puing reruntuhan rumah miliknya dan tetangga akibat diterjang badai siklon tropis seroja, Senin (5/4/2021) lalu.

Peristiwa itu baru pertama kali dialami Dewa, selama dia hidup puluhan tahun sebagai nelayan yang bermukim di pesisir Pantai Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mengenakan jersi salah satu klub sepak bola raksasa di Eropa dipadu celana pendek warna cokelat dan sandal jepit, Dewa mengangkat beberapa lembar seng atap rumahnya yang berserakan usai diterjang badai.

Semua benda berharga miliknya yang masih bisa dipakai, disimpan rapi di bagian depan rumahnya.

Badai tropis seroja memporak-porandakan rumahnya dan tetangga lainnya. Beruntung dalam kejadian itu, dia bersama keluarga dan tetangga lainnya selamat.

Baca juga: Viral, Video Jenazah Diletakkan di Pinggir Jalan, Ini Penjelasan Polisi

Dewa pun mengaku, informasi melalui pesan multimedia WhatsApp dari badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG) tentang cuaca buruk, telah menyelamatkan hidup mereka dari badai seroja.

Dewa yang juga Ketua Komunitas Angsa Laut di Kampung Nelayan Oesapa memiliki cukup waktu untuk mengungsikan warga kampung ke gedung sekolah dan memindahkan perahu-perahu ke tempat yang lebih aman agar selamat dari gulungan ombak dan terjangan badai seroja.

"Awalnya saya mendapat informasi melalui pesan WA di grup Pantau Maritim NTT, kalau ada ada cuaca ekstrem. Karena ekstrem, maka saya kemudian sampaikan kepada masyarakat yang ada di sini bahwa ini pesan dari BMKG," ungkap Dewa, kepada Kompas.com, Jumat (9/4/2021).

Setelah menerima informasi dari Dewa, para nelayan dan warga sekitar, kemudian bergegas menyiapkan barang-barang berharga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, termasuk kapal dan perahu mereka.

Saya bersama istri dan anak serta tetangga lainnya mengungsi ke gedung sekolah," kata Dewa.

Berselang satu jam kemudian, badai ekstrem siklon seroja pun datang menerjang wilayah Kota Kupang termasuk permukiman yang ditempati Dewa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

Regional
Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Regional
Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Regional
Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Regional
Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Regional
Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com