BMKG memerlukan mediator
BMKG juga memerlukan mediator untuk menyampaikan informasi cuaca, iklim, gempa bumi dan tsunami agar bisa diterima di kalangan petani, nelayan, dan penggiat penanggulangan bencana.
Informasi tersebut diolah dari data hasil observasi melalui ribuan sensor yg terpasang di seluruh Provinsi hingga kecamatan di Indonesia, yang terkoneksi dengan Internet of Things (IoT) serta dengan 41 Radar Cuaca dan Satelit Himawari.
Data tersebut, lanjut dia, secara otomatis dan super cepat diproses oleh Artificial Intelligent (AI) melalui perhitungan matematis-fisis dan pemodelan numeris dengan menggunakan super komputer.
Hasilnya adalah berbagai jenis informasi dalam bentuk infografis ataupun peta digital, agar dapat tersebar luas secara cepat, tepat dan akurat, sehingga dapat dimanfaatkan dan diterapkan untuk perencanaan dan tata ruang kota atau wilayah yang berbasis mitigasi bencana dan perubahan iklim.
Selain itu, mediator atau agen perubahan informasi BMKG juga mampu menyampaikan prediksi dan peringatan dini bencana hidrometeorologi, geofisika dan potensi karhutla, untuk mendukung ketahanan pangan, energi dan sumber daya air, serta untuk kepentingan berbagai sektor seperti sektor transportasi, infrastruktur, kesehatan, pariwisata, industri, dan sebagainya.
Khusus untuk sektor pertanian dan perikanan, agar informasi BMKG tersebut dapat langsung diakses dan mudah dipahami oleh para petani, nelayan dan masyarakat secara umum, diperlukan sosialisasi dan diseminasi melalui mediator yang dilatih dalam sekolah lapang BMKG ini.
"Pak Dewa adalah alumni sekolah lapang BMKG untuk Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN), berkat pelatihan tersebut, Pak Dewa adalah simbol keberhasilan dari apa yang diharapkan melalui pendidikan pembacaan grafis dan pemanfatan data yang disajikan oleh BMKG dalam melihat kondisi cuaca,"kata dia.
Baca juga: Gerak Cepat BPJN NTT Perbaiki Jembatan dan Jalan Rusak akibat Badai Seroja (1)
Cerita Dewa menyelamatkan diri dan warga dari badai Seroja
Sebelumnya diberitakan, Mohammad Mansyur alias Dewa (52), masih menatap satu-persatu puing reruntuhan rumah miliknya dan tetangga akibat diterjang badai siklon tropis seroja, Senin (5/4/2021) lalu.
Peristiwa itu baru pertama kali dialami Dewa, selama dia hidup puluhan tahun sebagai nelayan yang bermukim di pesisir Pantai Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Mengenakan jersi salah satu klub sepak bola raksasa di Eropa dipadu celana pendek warna cokelat dan sandal jepit, Dewa mengangkat beberapa lembar seng atap rumahnya yang berserakan usai diterjang badai.
Semua benda berharga miliknya yang masih bisa dipakai, disimpan rapi di bagian depan rumahnya.
Badai tropis seroja memporak-porandakan rumahnya dan tetangga lainnya. Beruntung dalam kejadian itu, dia bersama keluarga dan tetangga lainnya selamat.
Baca juga: Viral, Video Jenazah Diletakkan di Pinggir Jalan, Ini Penjelasan Polisi
Dewa pun mengaku, informasi melalui pesan multimedia WhatsApp dari badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG) tentang cuaca buruk, telah menyelamatkan hidup mereka dari badai seroja.
Dewa yang juga Ketua Komunitas Angsa Laut di Kampung Nelayan Oesapa memiliki cukup waktu untuk mengungsikan warga kampung ke gedung sekolah dan memindahkan perahu-perahu ke tempat yang lebih aman agar selamat dari gulungan ombak dan terjangan badai seroja.
"Awalnya saya mendapat informasi melalui pesan WA di grup Pantau Maritim NTT, kalau ada ada cuaca ekstrem. Karena ekstrem, maka saya kemudian sampaikan kepada masyarakat yang ada di sini bahwa ini pesan dari BMKG," ungkap Dewa, kepada Kompas.com, Jumat (9/4/2021).
Setelah menerima informasi dari Dewa, para nelayan dan warga sekitar, kemudian bergegas menyiapkan barang-barang berharga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, termasuk kapal dan perahu mereka.
Saya bersama istri dan anak serta tetangga lainnya mengungsi ke gedung sekolah," kata Dewa.
Berselang satu jam kemudian, badai ekstrem siklon seroja pun datang menerjang wilayah Kota Kupang termasuk permukiman yang ditempati Dewa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.