Atas arahan dan informasi Dewa, warga di Kelurahan Oesapa segera berlindung. Nyawa 120 warga pun selamat dalam musibah badai tersebut.
Namun, dalam peristiwa itu, empat orang dinyatakan meninggal sebab masih berada di tengah laut dan tidak mendapatkan pesan dari Dewa.
Atas penghargaan itu, Dewa mengucapkan terima kasih kepada BMKG.
"Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak BMKG yang telah memilih saya sebagai tokoh inspirasi. Saya tak menyangka mendapatkan penghargaan ini," ujar Dewa, saat diwawancarai Kompas.com di Kantor BMKG Klas I Kupang, Kamis pagi.
Dewa juga berterima kasih, karena pihak BMKG Kupang, telah turun langsung dan bertemu dengan masyarakat di wilayahnya, terutama menyelenggarakan sekolah lapang cuaca nelayan.
Dia berharap, semua informasi dari BMKG bisa digunakan untuk semua kegiatan para nelayan yang ada di NTT, karena sangat bermanfaat.
Baca juga: Pasca-badai Seroja, Terumbu Karang di Taman Nasional Perairan Laut Sawu Rusak
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai anugerah BMKG 2021 kategori tokoh inspiratif pantas diberikan kepada Muhammad Mansur Dongkeng (Pak Dewa).
Menurut Karnawati, penghargaan ini diberikan kepadanya berkat aksi nyata Dewa dalam menyelamatkan jiwa sekitar 120 keluarga warga Keluaran Oesapa, Kota Kupang.
“Berbekal informasi dari BMKG, beliau memimpin evakuasi warga desa dari ancaman Siklon Tropis Seroja. Keteladanan pak Dewa dalam hal sadar bencana terbukti bermanfaat. Kemampuan membaca data didapat pak Dewa dari sekolah lapang cuaca nelayan BMKG. Kisah dari Pak Dewa dan anugerah BMKG ini diharapkan menjadi inspirasi, motivasi bagi kita agar sadar bencana untuk menuju Indonesia tangguh dan tumbuh,” kata Karnawati.
Dia menjelaskan, BMKG memiliki program agen perubahan iklim melalui berbagai bentuk informatif yang dikemas dalam pelatihan sekolah-sekolah dari komunitas.
Sekolah lapang BMKG ini terdiri dari sekolah lapang cuaca nelayan, sekolah lapang geofisika, dan sekolah lapang iklim.
Karnawati menyebutkan, tujuan diadakannya sekolah lapang BMKG ialah mewujudkan ketahanan masyarakat petani, nelayan, serta komunitas penggiat dan pemangku kepentingan, terhadap bahaya yang diakibatkan oleh kondisi cuaca, iklim, gempa bumi dan tsunami, khususnya dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini.
Dia menuturkan, melonjaknya kejadian-kejadian cuaca dan iklim ekstrem serta kejadian gempa bumi beberapa tahun terakhir, dapat mengancam keberlangsungan kegiatan pertanian, pelayaran, dan bahkan keselamatan bagi masyarakat, sehingga tidak bisa diabaikan.
Baca juga: Danau yang Muncul Usai Badai Seroja Kini Mengering, Warga Jadikan Lahan untuk Tanam Sayur