KARAWANG, KOMPAS.com - Biaya umrah diprediksi membengkak, naik dua sampai tiga kali lipat dari biasanya. Pasalnya, Pemerintah Arab Saudi memberlakukan aturan ketat, salah satunya karantina.
Pengelola pengelola Sanema Tour and Travel Rafiudin Firdaus menyambut baik dibukanya umrah oleh Pemerintah Arab Saudi. Namun, syarat karantina di negara ketiga menjadi beban biaya yang sangat mahal.
"Bisa dua sampai tiga kali lipat dari harga biasanya yang sebesar Rp 23 juta sampai Rp 25 juta," kata Rafiudin saat dihubungi, Rabu (27/7/2021).
Baca juga: Ibadah Umrah Dibuka dengan Syarat Karantina 14 Hari, Kemenag Sumedang: Biaya Tambahannya Memberatkan
Apalagi Indonesia masuk 9 negara yang warganya dilarang masuk ke Arab Saudi lantaran tingginya kasus Covid-19 di tanah air.
Namun pemberlakuan transit atau karantina di negara lain pun hal itu tetap membebankan biaya umroh.
Rafiudin memprediksi, dengan karantina, umrah memakan waktu sekitar 30 harian. Belum karantina sepulang Umrah di Indonesia. Pun jika ada jemaah yang positif, pihak travel punya tanggungjawab lebih.
"Itu cukup memberatkan kita pihak travel. Yang pertama mengenai biaya, yang kedua risiko yang diterima oleh travel, ini kan jadi beban tersendiri ya," ujar dia.
Baca juga: Jemaah Umrah Indonesia Wajib Karantina 14 Hari, KJRI Jeddah Akan Diplomasi ke Saudi
Asosiasi tour dan travel, kata Rafiudin, akan melakukan rapat dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI dan Kementerian Agama. Asosiasi berharap keduanya dapat menengahi dan mengusulkan keringanan syarat kepada Pemerintah Arab Saudi.
"Pertama usul misalnya, bisa enggak Indonesia melobi ke dubes sama Saudia menengahi. Kita bisa dibukalah walaupun dengan kasus Covid-19 seperti ini tolong diutamakan yang telah divaksin. Jemaah juga akan melakukan PCR berangkat atau pulang, tidak perlu melakukan karantina," ujar dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.