MALANG, KOMPAS.com - Masih banyak penderita Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (Isoman) di kediamannya.
Kebanyakan dari mereka merasa cemas setelah diketahui terkonfirmasi positif Covid-19.
Mereka juga kebingungan untuk melakukan sesuatu untuk mengatasi apa yang telah dideritanya.
Hal ini disampaikan oleh Koordinator Tim Medis Aplikasi Isoman IKA UB, dr Rodhiyan Rakhmatiar.
Baca juga: Keluhan Pelaku Wisata di Banyuwangi: Tak Bisa Apa-apa, Tak Dapat Apa-apa
Aplikasi Isoman merupakan platform online yang dibuat oleh para dokter yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) untuk membantu menganalisa gejala kesehatan bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri.
"Sebetulnya penderita yang isolasi mandiri itu banyak yang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka juga cemas karena positif Covid-19," kata Rodhiyan, melalui sambungan telepon, Selasa (27/7/2021).
Aplikasi Isoman menganalisa gejala Covid-19 melalui telekonsultasi.
Penderita mendaftar melalui aplikasi tersebut dan mendapatkan kesempatan untuk telekonsultasi dengan tim medis Aplikasi Isoman.
Jika analisa gejala kesehatan itu menunjukkan gejala berat, tim medis dari aplikasi tersebut akan menyarankan untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
"Telekonsultasi ini untuk memberi tahu pasien gejala yang harus dikenali sehingga tidak terjadi kondisi yang semakin buruk dan bisa ke rumah sakit dalam waktu yang tepat," kata dia.
Telekonsultasi melalui aplikasi itu juga untuk membantu penderita Covid-19 yang sedang Isoman supaya menjaga pola makan dan mengkonsumsi obat yang tepat.
Sementara itu, penderita yang terdaftar di aplikasi akan terklasterisasi melalui skrining kesehatan yang harus diisi setiap hari.