BANDUNG, KOMPAS.com - Perempuan asal Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Windy Cantika Aisah menjadi atlet penyumbang medali pertama bagi Indonesia dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Windy meraih medali perunggu lewat cabang olahraga angkat besi kelas 49 kilogram putri.
Dia sukses mengangkat beban total 194 kilogram, dengan rincian 84 kilogram snatch dan 110 kilogram clean and jerk.
Baca juga: Klasemen Medali Olimpiade Tokyo - Windy Cantika Pertama, Lanjutkan Indonesia!
Ternyata, perempuan kelahiran Bandung, 11 Juni 2002 ini lahir dari orangtua yang juga atlet.
Sang Ibu, Siti Aisah juga merupakan atlet angkat besi.
Siti merupakan lifter termuda dan pertama Indonesia yang meraih medali perunggu pada kejuaraan dunia pada 1987 di Amerika Serikat.
Pada tahun berikutnya, Siti berhasil mempersembahkan medali perak pada ajang kejuaraan dunia yang diselenggarakan di Jakarta.
"Saya enggak pernah memaksa ketiga anak saya untuk mengikuti jejak saya," ujar Siti saat dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler, Sabtu (24/7/2021) malam.
Baca juga: Detik-detik Cantika Raih Medali Pertama untuk Indonesia: Keluarga Tegang, Ponsel Dimatikan, Nangis
Siti mengatakan, sejak masih kecil, ketiga anaknya dibebaskan untuk memilih olahraga.
Menurut dia, orangtua hanya tinggal mendukung dan mendoakan.
"Saya suka bilang, latihan itu capek, bikin program itu pusing. Susah mikirnya, apa penunjangnya. Kalau untuk main-main enggak usahlah, capek," ucap Siti.
Tetapi, ternyata ketiga anaknya mengikuti jejak sang Ibu.
Kedua kakak laki-laki Cantika juga seorang lifter.
Putra pertama Siti kini menjadi wasit angkat besi dan pengurus cabang di Kabupaten Bandung Barat.
Sedangkan putra keduanya menjadi pelatih atlet angkat besi setelah pensiun menjadi atlet.
Adapun Cantika baru saja menorehkan prestasi bagi Indonesia dengan meraih perunggu di Olimpiade Tokyo 2020.
Siti sering menjelaskan pada anaknya bahwa tidak mudah menjadi atlet.
Bahkan, hal itu masih disampaikan saat ia menerima surat dari Pelatnas untuk anaknya Cantika.
"Saya jelaskan ke Cantik, Pelatnas memiliki banyak aturan yang berat. Makanan saja, Cantik enggak bisa sembarangan makan seblak, bakso, dan makanan pedas favoritnya," tutur Siti.
Begitu pun jadwal latihan, Cantika bisa berbulan-bulan tidak pulang.
Hal itu terbukti, karena dua kali Idul Fitri, Cantika tidak bisa pulang ke rumah untuk mempersiapkan kejuaraan.
Mendengarkan penjelasan sang Ibu, Cantika mengaku siap dengan segala risikonya.
Siti akhirnya mendoakan dan mendukung anaknya melenggang ke Pelatnas.
Siti mengatakan, anak bungsunya bukan tipe orang yang suka mencurahkan hati (curhat) pada banyak orang.
Berbagai cerita soal teman, latihan, apapun, hanya disampaikan pada Ibunya.
Siti bahkan kerap merasa bahwa Cantika masih kecil.
Bahkan, Cantika masih sering tidur bersama Ibunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.