KOMPAS.com - Pada 9 Agustus mendatang salah satu blok minyak terbesar Indonesia yakni blok Rokan akan dialihkelolakan ke Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Dalam tata kelola baru, pihak daerah yakni Provinsi Riau, diberikan hak partisipasi (Participating Interest/PI) sebesar 10 persen, melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Tentunya, kebersamaan pengelolaan antara badan usaha milik negara (BUMN) Pertamina dan BUMD di blok minyak sebesar Rokan akan menemui banyak tantangan.
Sekjen Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo menyoroti pemberian hak partisipasi sebesar 10 persen tersebut.
Menurut dia, saat ini di banyak daerah penghasil migas, adanya fakta di lapangan banyak Participating Interest 10 persen dengan berbagai sebab belum diselesaikan atau belum diberikan ke BUMD.
Baca juga: Wagub Sumut Minta Kontribusi OPD dan BUMD Jangan Sesuka Hati
Alasannya bisa karena kendala teknis, hingga non-teknis.
Padahal, pemberian Participating Interest sebesar 10 persen merupakan amanat Permen ESDM Nomor 37 tahun 2016, sebagai upaya pengembangan ekonomi daerah penghasil migas.
“Tantangannya, di antaranya diperlukan profesional migas untuk melaksanakan tata kelola PI 10 persen. BUMD pengelola harus slim dan agile, serta cepat dalam membuat dan mengolah keputusan strategis,” kata Hadi, dalam diskusi “Menjaga Keandalan Operasi Wilayah Rokan”, Kamis (22/7/2021).
Tantangan lain, sosialisasi belum menyentuh akar semangat Participating Interest 10 persen yang menyangkut ada hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Baca juga: Salah Kelola Modal Rp 30 Miliar, Dirut BUMD di Lampung Jadi Tersangka Korupsi
Selain itu, kurangnya komunikasi antara operator pengelola blok migas dan BUMD, karena level pemahaman yang berbeda.
"Saya berharap untuk BUMD Riau yang akan mengelola, PI dikelola secara profesional dan mampu menjadi mitra PHR," kata Hadi, dalam rilis pers, Jumat (23/7/2021).
"(Blok Rokan) Dikelola secara profesional dengan tetap memberikan ruang bagi keikutsertaan stakeholders di daerah secara bertahap. Selain itu, selain jadi pemasukan sebagai PAD, juga untuk mendorong potensi lainnya agar usaha BUMD Riau semakin berkembang,” lanjut Hadi.
Sebagai informasi, Blok Rokan dengan luas wilayah kerja sebesar 6.264 km2 memiliki 115 lapangan.
Selama berproduksi 70 tahun terakhir, blok ini berkontribusi sebesar 46 persen terhadap produksi minyak nasional.
Saat ini produksi minyak Blok Rokan mulai menurun, walau tetap menjadi tulang punggung produksi minyak nasional dan masih merupakan penyumbang produksi minyak terbesar nomor dua secara nasional.