Warga memberontak dan merampas peti. Mereka kemudian membuka peti itu dan mengambil jenazahnya.
"Padahal tinggal menshalatkan dan memakamkan saja," tambah dia.
Djamil mengungkapkan, tim pemakaman segera memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Sebab, tim keamanan tidak berhasil mengendalikan kehendak warga.
"Ketika mereka hendak kembali ke Mako, ada warga yang mengadang pakai motor dan jalan kaki," ungkap dia.
Warga rupanya masih merasa tidak terima, padahal tim pemakaman hanya berupaya menjalankan tugas memakamkan jenazah dengan protokol Covid-19.
Baca juga: Keluarga yang Rampas Jenazah Pasien Covid-19 Minta Maaf, Imbau Warga Lain Tak Meniru
Dilempari batu dan dibanting
Ketika diadang, tim pemakaman kembali menjelaskan tugas mereka sebagai relawan.
Tetapi, diduga ada warga yang memprovokasi hingga melakukan pelemparan batu, memukul dan berusaha membanting tim relawan hingga terjatuh.
"Ada yang memelintir tangannya hingga terjatuh, lalu ada relawan yang kepalanya dilempar batu," jelas Djamil.
Total relawan pemakaman yang terkena pukulan sebanyak dua orang, satu orang terkena lemparan batu. Sedangkan lima orang lainnya menghindar dari penganiayaan warga.
Dia meminta kejadian tersebut diproses secara hukum agar tidak terulang lagi.
Selain itu, warga diminta untuk memahami tugas tim pemakaman.
"Ini bukan delik aduan, tidak perlu kami laporkan, ini penganiayaan," tegas Djamil.
Bahkan saat penganiayaan itu terjadi, di lokasi ada polisi dan TNI serta anggota DPRD Jember. Sehingga pihaknya merasa tidak perlu melakukan laporan pada aparat hukum.
Baca juga: Duduk Perkara Warga Situbondo Hancurkan Peti Jenazah Pasien Covid-19, Tolak Pemakaman Prokes