Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Perempuan Lajang Trauma Periksa Kesehatan Reproduksi, Dicap Dosa hingga Anjuran Menikah Dulu

Kompas.com - 23/07/2021, 11:20 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - 'Mengapa mbak melakukan dosa?' adalah salah satu pertanyaan yang dilontarkan sejumlah tenaga kesehatan kepada perempuan lajang yang hendak memeriksakan kesehatan reproduksi mereka.

Pertanyaan itu ditambah ragam pertanyaan lainnya seputar pernikahan membuat beberapa perempuan lajang mendapat pengalaman "traumatis".

Berangkat dari hal seperti itu, seorang dokter mendirikan sebuah gerakan untuk menghilangkan sejumlah stigma yang dilihatnya kerap disematkan staf medis kepada pasien perempuan berstatus belum menikah yang ingin mengakses layanan kesehatan reproduksi atau mereka yang menjadi korban pelecehan seksual.

Melalui gerakan Dokter Tanpa Stigma, dokter Gabriella Sandranila, berupaya mengedukasi rekan sejawatnya untuk memberi pelayanan yang lebih ramah pada perempuan.

Baca juga: Konsultasi Kesehatan Reproduksi Kini Bisa Diakses Secara Online

'Nikah dulu, mbak'

Sebagai pasien, kamu berhak mendapat layanan, terlepas dari menikah atau tidak menikah'.Getty Images Sebagai pasien, kamu berhak mendapat layanan, terlepas dari menikah atau tidak menikah'.
Nina (29), bukan nama sebenarnya, menceritakan ulang pengalamannya saat memeriksakan diri ke dokter kandungan, yang disebutnya "traumatis".

Pada bulan April 2021, ia hendak melakukan tes papsmear, atau prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim di sebuah rumah sakit di Malang, Jawa Timur.

Sebagai seseorang yang pernah melakukan hubungan seksual, Nina ingin memastikan dia tidak berpotensi menderita kanker serviks, salah satu jenis kanker yang paling banyak membunuh perempuan Indonesia.

Ketika hendak diperiksa, dokter bertanya kepadanya.

Baca juga: 5 Langkah Menjaga Kebersihan Alat Reproduksi Wanita

"Dia tanya, 'Mbaknya sudah menikah?' dan aku jawab, 'Belum dok'. Terus dia langsung berhenti dan menatap dengan tatapan yang seolah-olah aku itu kotor gitu," ujarnya.

Alih-alih meneruskan pemeriksaan, dokter itu malah melontarkan sejumlah pertanyaan pada Nina.

"Kenapa melakukan hal yang dosa? Kenapa mau percaya sama laki-laki, bahkan dia bilang, 'Mbak, mungkin melakukan nggak cuma dengan satu laki-laki aja'.

"Dia bilang, 'Mbak, bagi agama saya, organ intim kewanitaan itu adalah mahkota yang paling berharga dan itu hanya bisa kita berikan kepada suami kita yang sah. Kenapa Mbak bisa memberikan itu kepada orang lain yang nggak sah'?"

Baca juga: Pentingnya Pendidikan Reproduksi bagi Anak Laki-Laki Agar Punya Empati

Untuk memutus bias, diperlukan perubahan sejak dari pendidikan, ujar peneliti.Getty Images Untuk memutus bias, diperlukan perubahan sejak dari pendidikan, ujar peneliti.
Diberondong pertanyaan seperti itu, Nina hanya bisa diam, tak menyangka niatnya memeriksakan kesehatan sejak dini berujung ceramah dari dokter.

"Jujur pada saat itu aku down banget kayak yang aku di posisi yang aku nggak bisa ngebantah," ujarnya.

Meski sudah diberi nasihat panjang, Nina mengatakan dia tetap tak diberi tes papsmear yang dimintanya.

Hal yang sama pernah dialami Nada (30), saat ia hendak memeriksakan diri ke dokter kandungan di sebuah rumah sakit di Bekasi, Jawa Barat, karena siklus menstruasinya yang tak normal.

Baca juga: 8 Tanaman Bermanfaat bagi Reproduksi Perempuan ala Dosen Itera

Awalnya, dokter merekomendasikannya melakukan papsmear dan menanyakan apakah ia sudah menikah.

Ketika Nada menjawab ia belum menikah, dokter tersebut menarik rekomendasinya.

"Aku bilang ke dokternya, aku bersedia pap smear karena aku sexually active," ujarnya

Namun, dokter tersebut tetap tak mau memberinya tes itu.

"Kata dokternya, 'Kamu nggak boleh karena kamu belum nikah. Nikah dulu, mbak'," ujar Nada mengulangi apa yang disampaikan dokternya.

Baca juga: 7 Bau Vagina dan Artinya Bagi Kesehatan Reproduksi Wanita

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Regional
Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Regional
Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Regional
Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Regional
Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Regional
BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

Regional
Siswi SMA di Kupang Melahirkan, Bayi Disembunyikan dalam Koper

Siswi SMA di Kupang Melahirkan, Bayi Disembunyikan dalam Koper

Regional
9 Nelayan di Lombok Timur Ditangkap Terkait Dugaan Pengeboman Ikan

9 Nelayan di Lombok Timur Ditangkap Terkait Dugaan Pengeboman Ikan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com