Tetap melakukan kewajiban secara daring meski sakit
Meski dalam keadaan sakit, Victor memilih tetap melakukan kewajibannya sebagai dokter melalui cara daring.
Hal ini ia lakukan karena jumlah dokter spesialis paru di Jayapura sangat sedikit.
Dengan kondisi pandemi saat ini, tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk menangani pasien yang terpapar Covid-19.
"Saya tangani di tiga rumah sakit, tapi di RS Provita, kawan saya spesialis paru dan spesialis penyakit dalam back up saya, lalu di dua rumah sakit lainnya asisten yang back up lalu laporkan kepada saya melalui telepon atau video call," terang Victor.
Baca juga: Bandara dan Pelabuhan di Papua Akan Segera Ditutup oleh Gubernur, Ini Penyebabnya
Panggilan kemanusiaan
Menurut dia, panggilan kemanusiaan sebagai dokter membuatnya tetap kuat menjalankan tugas, antara lain menganalisis kondisi pasien Covid-19.
Ia juga tidak menginginkan beban berat sesama dokter spesialis paru akan semakin berat bila ia tidak membantu melayani pasien.
"Teman SpP saya juga handle pasien sama banyak, demi kemanusiaan, mau gimana lagi Kasihan teman-teman saya seperti dr Theo, kalau selama saya sakit beliau handle semua, bisa sakit juga nanti," tutur dia.
Baca juga: Kisah Pilu Isnandar, Terpaksa Jual Rumah untuk Makan, 3 Tahun Tak Bisa Kerja karena Sakit
Pasien datang dalam kondisi berat
Victor mengungkapkan, kondisi pasien Covid-19 pada saat ini dibanding pandemi gelombang pertama sangat berbeda.
Saat ini pasien umumnya datang sudah dalam kondisi berat.
"Jelas beda, gelombang kedua ini rata-rata pasien kondisi berat," kata Victor.
Terkait dari mana ia bisa terpapar Covid-19, Victor meyakini bahwa dia tertular dari pasien yang ia rawat.
"Saya tiap hari terpapar banyak pasien di poli, capek, stres, ya akhirnya sakit juga," ujarnya.
Baca juga: Saya Yakin Waktu Diangkat ke Bed, Istri Saya Sudah Meninggal